Ormas Muhammadiyah Ajarkan Jaga Pluralisme dan Kebhinekaan dari Tanah Papua

- Selasa, 27 Desember 2022 | 05:55 WIB
BEKALI MAHASISWA ASING: Ketua umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir didampingi Rektor UMP Dr Jebul Suroso saat membekali materi peran kemuhammadiyahan kepada mahasiswa asing UMP, saat melakukan kunjungan ke kantor pusat di Yogyakarta, Jumat pekan lalu.
BEKALI MAHASISWA ASING: Ketua umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir didampingi Rektor UMP Dr Jebul Suroso saat membekali materi peran kemuhammadiyahan kepada mahasiswa asing UMP, saat melakukan kunjungan ke kantor pusat di Yogyakarta, Jumat pekan lalu.

PURWOKERTO, suaramereka-banyumas.com-Salah satu organissi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memberi contoh dalam mengajarkan menjaga semangat pluralisme dan kebhinekaan di Tanah Air.

Kiprah tersebut telah dibuktikan dalam gerakan nyata dalam dakwah dan peran sosial di Papua sejak tahun 1926 hingga sekarang.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan, dakwah dan kiprah nyata tersebut dilakukan tidak
menghitung soal benefit, bahkan beresiko dari sisi keamanan.

Baca Juga: Terjual 1 Juta Kopi, Winter Album 'Candy' NCT DREAM Pecahkan Rekor Penjualan di Pekan Pertama

"Itulah Muhammadiyah, hadir di tempat-tempat yang beresiko. Apa yang tidak bisa dilakukan orang, Muhamadiyah melakukan atau disebut the
reform dan ini kita harus leading," katanya saat menerima kunjungan mahasiswa asing dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP),
Jumat 24 Desember 2022 lalu, di kantor pusat Yogyakarta.

Peran tersebut dilakukan di Papua, kata dia, dilakukan sejak tahun
1926.

Di awali pertama hadir di Marauke. Sehingga ini menjadi sejak sejarah yang kuat, sehingga dalam proses perjalanan yang panjang, Muhammadiyah bisa bersatu dan menyatu dengan masyarakat Papua atau setidak-tidaknya memahami karakter masyarakat setempat.

Baca Juga: Tamat Dengan Rating 26,9 Persen, Episode Terakhir 'Reborn Rich' Kembali Pecahkan Rekor Tertinggi

"muhammadiyah bisa diterima di Papua karena yang kita kedepankan
adalah membuat sekolah, balai kesehatan, usaha-usaha yang bisa dirasakan langsung masyarakat lewat pemberdayaan," terangnya.

Headar mengatakan, karena peran dan kiprah-kiprah itu yang sudah cukup lama dilakukan, maka Muhammadiyah bisa diterima meski beda
agama dan datang dari Jawa (suku).

Ia mencontohkan, di Pualau Ara Papua Barat, dan untuk menjangkau satu-satunya harus memakai perahu. Di pulau kecil itu, katanya, hanya
ada satusaunya SD Impres sejak Zaman Orde Baru.

Baca Juga: Dorong Pengentasan Kemiskinan, Desa Mandiri di Banyumas Diharapkan Bertambah

Maka, Aisyah membuat TK Aba, dan Muhammadiyah membuat SMP dan
SMA-SMK. Sehingga untuk melanjutka pendidikan, anak-anak pulau
tersebut tidak perlu menyeberang ke Pulau Sorong.

Contoh lain, lanjut dia, Suku Kokoda di Papua Barat, yang semula hidup
menetap, oleh Muhammadiyah dibantu dibuatkan rumah-rumah tinggal
dan diajari bercocok tani.

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Dua Guru Besar UIN Saizu Dikukuhkan

Kamis, 2 Maret 2023 | 08:42 WIB

Keren, UKM Seni Rupa UIN Saizu Ikut Ajang JFMI 2023

Rabu, 15 Februari 2023 | 21:47 WIB
X