Suaramerdeka-banyumas.com- Setelah peristiwa air bah di masa Nuh, populasi penduduk bumi semakin sedikit, banyak yang tertelan bencana dahsyat yang mengubah muka bumi.
Kepada para manusia, Tuhan lalu menyuruh mereka untuk beranak pinak dan berseraklah untuk memenuhi bumi Tuhan.
Sayang perintah Tuhan ini justru dibantah oleh manusia. Manusia justru melakukan hal yang sebaliknya. Mereka tetap berkumpul dengan kenyamaan mereka.
Baca Juga: Antisipasi PMK, Lalu Lintas Ternak di Perbatasan Cilacap Diperketat
Apalagi saat itu, di seluruh bumi hanya ada satu bahasa, hanya ada satu logat pula.
Bangsa Babylon ini suatu hari berangkat menuju ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
Untuk membangun tempat tinggal, mereka membuat batu bata dari tanah liat yang dibakar. Dari batu bata itulah kemudian tempat tinggal mereka dibuat.
Baca Juga: KPK Panggil Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono dan Mantan Bupati Semarang Mundjirin ES
"Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi," jelas salah satu pemuka kepada yang lainnya.
Maka singkat cerita, dengan kesatuan bahasa dan persamaan tujuan, mereka berhasil mendirikan kota dan mereka berusaha mendirikan sebuah menara raksasa yang tinggi menjulang nyaris menembus langit.
Menara yang menjadi simbol keagungan ras mereka di muka bumi.
Melihat itu turunlah Tuhan dan Ia lalu berfirman.
“Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
Artikel Terkait
Angkat Kisah-Kisah Dampak Perang dan Pengungsi, Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Menangkan Nobel Sastra 2021
Sastra Pencerahan Bawa Dosen UIN Saizu Raih Penghargaan Tingkat Asia Tenggara
Peringati Harkitnas, Komunitas Literasi dan Sastra Banyumas Barat Gelar Ontran-ontran Sastra di Banyumas Barat
Presiden Penyair dan Geguritan Bertarung di Ontran-ontran Sastra, Siapa yang Menang?
Ahmad Tohari Dapatkan Anugerah Senator Indonesia B-52 Bidang Sastra
Ahmad Tohari 74 Tahun, Terus Berkarya di Usia Senja, Gelisah Terhadap Rendahnya Minat Baca Sastra Anak Muda