Ahmad Tohari : Memandang Rendah Suatu Bahasa itu Bukan Sikap Terpelajar

- Kamis, 16 September 2021 | 16:48 WIB
Ahmad Tohari (SM/Susanto)
Ahmad Tohari (SM/Susanto)

BANYUMAS, suaramerdeka-banyumas.com- Apakah Bahasa Banyumasan itu adalah bahasa asli Jawa di masa lampau?

Itulah pertanyaan dari Dr Sulyana Dadan dosen mata kuliah Kearifan Lokal Jurusan Sosiologi Fisip Unsoed Purwokerto kepada budayawan Ahmad Tohari.

"Jawabannya tidak sehitam putih itu.

Baca Juga: Ahmad Tohari: Karakter Banyumasan atau Penginyongan adalah Setara, Penguat Republik

Bahasa Banyumas itu masih ciri-ciri bahasa Jawa Kuna yaitu dominasi vokal A konsonan huruf K yang tajam dan tidak punya tingkatan bahasa, " ungkap Ahmad Tohari menjelaskan. 

Tidak adanya tingkatan bahasa untuk semua manusia ini masih terlihat dalam keseharian pemakaian bahasa Banyumasan di wilayah pegunungan atau pedesaan. 

"Kakine wis madhang urung? Kakek sudah makan? Pada anak cucupun kata madhang tetap sama digunakan. Tidak ada pengganti kata makan misal dahar, " kata Pengarang Ronggeng Dukuh Paruk ini. 

Baca Juga: Ahmad Tohari: Orang Banyumas Jangan Malu Gunakan Bahasa Banyumas

Yang salah itu kata Kang Tohari, adalah menganggap suatu bahasa itu lebih rendah dibandingkan dari bahasa lainnya.

"Itu bukan sikap orang yang terpelajar. Itu konyol, " jelasnya. 

Tohari menceritakan pengalamannya saat ia diundang datang ke suatu Perguruan Tinggi di Solo ada seminar temanya Dominasi Dialek Surakarta terhadap dialek Banyumas

Baca Juga: Mulai 16 September, Bioskop di Purwokerto Kembali Buka, Ini Syarat Masuknya

"Karena temanya demikian saya sampaikan dalam makalah Bahasa Indonesia dalam Bahasa Banyumasan.

Yang di panel saya samping saya cengar cengir tertawa kecil.

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Terkini

X