BANYUMAS, suaramerdeka-banyumas.com- Budayawan Ahmad Tohari mengungkapkan karakter orang Banyumas sejak masa lampu sangat terpengaruh dari budaya pertanian yang digelutinya sepenuhnya.
"Jadi wataknya budaya pertanian ini muncul pada masyarakat Banyumas maupun pribadi orang-orang Banyumas itu sendiri.
Yang saya maksud budaya pertanian dan yang kemudian menjadi kearifan lokal dari masyarakat pertanian," katanya dalam paparannya soal Budaya, Bahasa Banyumas dan Watak dalam kuliah daring Kearifan Lokal Jurusan Sosiologi Fisip Unsoed Purwokerto Kamis 16 September 2021.
Baca Juga: Ahmad Tohari: Orang Banyumas Jangan Malu Gunakan Bahasa Banyumas
Dicontohkan kearifan lokal dari budaya agraris itu adalah gotong royong.
Dari pertanian, gotong royong bisa dilihat mulai dari orang mulai menabur benih, menanam, menyiangi rumput, hingga memanen.
"Gotong Royong dalam budaya pertanian ini adalah hal mutlak.
Baca Juga: Mulai 16 September, Bioskop di Purwokerto Kembali Buka, Ini Syarat Masuknya
Di luar pertanian, orang Banyumas, sangat suka menolong dan yang lebih tinggi lagi adalah kesadaran bersama di hadapan alam.
Orang Banyumas mengembangkan karakter kesetaraan," katanya penulis novel Ronggeng Dukuh Paruk.
Jadi orang Banyumas punya faham ana ko ana inyong, anda dan saya semua setara dan sederajat.
Baca Juga: Sasar Pelajar di Jateng, BIN Target 400 Ribu Vaksin
Mereka hidup bersama dalam keseimbangan saling menghargai dan menjaga.
"Feodalisme yang hidup di sebuah republik, adalah PR besar di kalangan orang besar bahwa feodalisme di dalam masyarakat harus dihilangkan.