Perang Rusia-Ukraina: Bola Salju Hubungan Rusia dan Barat

- Rabu, 2 Maret 2022 | 21:00 WIB
Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman, Muhammad Yamin (SMBanyumas/istimewa)
Dosen Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman, Muhammad Yamin (SMBanyumas/istimewa)

Suaramerdeka-banyumas.com - Hubungan negara-negara Barat dengan Rusia semakin memburuk pascapidato Presiden Vladimir Putin yang menyatakan bahwa Rusia berhak untuk mempertahankan kedaulatannya dan wajib menyelamatkan warga negaranya.

Serangan militer ke Ukraina pada 24 Februari 2022 mengakhiri spekulasi selama beberapa minggu terakhir mengenai pengerahan besar-besaran pasukan Rusia di sepanjang perbatasan kedua negara.

Rusia dan Ukraina adalah dua bangsa besar di Eropa Timur yang memiliki sejarah panjang.

Keduanya merupakan wilayah yang berjuang dan berperang melawan Dinasti Mongol yang telah menguasai Eropa Timur selama berabad-abad.

Baca Juga: Sikapi Rusia-Ukraina, Presiden Jokowi Suarakan Stop Perang dalam Dua Bahasa

Bahkan pasca keberhasilan menggulingkan Dinasti Mongol, dilanjutkan zaman Tsar I dan II, akhirnya Rusia dan Ukraina menjadi satu dibawah panji Uni Soviet, sebuah negara komunis dengan pengaruh besar di dunia.

Uni Soviet yang runtuh tahun 1991 kemudian menjelma menjadi 15 negara baru yaitu Rusia, Estonia, Latvia, Lithuania, Belarusia, Moldova, Ukraina, Armenia, Azerbaizan, Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan.

Melalui program Marshal Plan yang dikampanyekan oleh Amerika Serikat, banyak negara-negara pecahan Uni Soviet yang mendapatkan bantuan dan akhirnya bergabung ke dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Pengaruh Barat yang semakin luas ke wilayah Eropa Timur membuat Rusia terus meningkatkan kekuatannya baik secara militer dan geopolitiknya.

Baca Juga: Mulai 8 Januari 2022, Pemberangkatan Jamaah Umrah Indonesia Dimulai

Menurut catatan Global Firepower dalam indeks 2022 World Military Strength Ranking, kekuatan militer Rusia merupakan kekuatan militer nomor dua terkuat di dunia, sedikit dibawah Amerika Serikat.

Meskipun demikian penguasaan jumlah hulu ledak nuklir terbanyak di dunia masih dikuasai oleh Rusia, membuat negara ini menjadi sangat ditakuti oleh negara lainnya.

Crimea 2014

Ibarat bola salju, eskalasi keamanan dan konflik bersenjata yang terjadi saat ini dalam kajian hubungan internasional dapat dilihat dari beberapa pendekatan.

Halaman:

Editor: Nugroho Pandhu Sukmono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mewarisi Api Guru dari Masa Kebangunan

Selasa, 6 Desember 2022 | 08:46 WIB

Tragedi 27 Juli: Serpih Ingatan Melawan Lupa

Jumat, 29 Juli 2022 | 13:11 WIB

Jalan Berliku 24 Tahun Reformasi

Sabtu, 21 Mei 2022 | 12:13 WIB

Komunikasi Keluarga Terhadap Pendidikan Anak

Jumat, 20 Mei 2022 | 17:27 WIB

Masalah Bersama itu Bernama Lost Learning

Minggu, 23 Januari 2022 | 15:22 WIB

Kafala dan Kekerasan Struktural Bagi Pekerja Migran

Sabtu, 18 Desember 2021 | 12:52 WIB

Tentang 'Botoh' di Seputaran Arena Pilkades Serentak

Selasa, 14 Desember 2021 | 15:50 WIB

Politik Diametral

Rabu, 3 November 2021 | 14:22 WIB
X