Masalah Bersama itu Bernama Lost Learning

- Minggu, 23 Januari 2022 | 15:22 WIB

Oleh: Farida*

learning lost yaitu fenomena kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar pada siswa saat ini ditengarai telah terjadi sebagai dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19. Tidak adanya pembelajaran tatap muka (PTM), selama pandemi membuat siswa merasa bosan dan tak semangat dalam belajar. Ini tentu menjadi masalah bersama bagi pendidik hingga orang tua. 

Gejala ini patut diwaspadai pendidik yang saat ini mulai kembali beraktivitas mengadakan PTM di sekolah awal 2022 ini. Selanjutnya gejala learning lost juga menjadi pekerjaan besar pendidik untuk mengatasinya. Apalagi pendidikan adalah salah satu pilar penentu kemajuan bangsa dan negara.

Pandemi menjadi ujian bagi pendidikan semua bangsa baik negara maju maupun negara berkembang. Pandemi telah banyak mengubah pola hingga hasil tolok ukur keberhasilan pendidikanpun berubah baik secara kuantitatif dan kualitatif. Pandemi dan pasca pandemi menjadi ujian kompetensi bagi pendidik terutama soal profesionalitas pendidik yang sesuai jaman.

Meski demikian, pendapat Pemerhati dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji yang menyatakan kondisi learning loss tidak sepenuhnya terjadi karena PJJ juga patut dicermati. Sebabnya learning lost justru seringkali diakibatkan karena cara mengajar yang hanya dipindahkan dari dalam kelas dan diadopsi sepenuhnya ke pembelajaran dalam jaringan (daring) (Kompas.com 7 September 2021).

profesionalitas pendidik Sesuai Jaman

Terkait hal inilah, resolusi pendidikan masa atau pasca pandemi yang mendorong pendidik untuk memperbarui profesionalitas sesuai jaman perlu dilakukan. pendidik diharapkan terus memperbarui pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam mendayagunakan teknologi informasi. Jangan sampai pendidik tertinggal oleh para siswanya.

Pengalaman pembelajaran daring selama pandemi tentulah telah membuat siswa sangat akrab dengan gawai. Keakraban siswa dengan teknologi informasi ini tidak perlu dihilangkan, namun harus diarahkan bersama oleh guru dan orang tua untuk keberlangsungan pembelajaran.

Keakraban siswa terhadap teknologi informasi menjadi modal pendidik untuk mengarahkan siswa untuk giat memperdalam mencari informasi pengetahuan. Selanjutnya dari sinilah, blended learning yaitu pembelajaran dengan perpaduan manusia dan teknologi bisa terjadi. Contoh konkret, setelah siswa mendapatkan informasi dari internet, kemudian didiskusikan di dalam kelas terkait validitas temuan pengetahuan siswa.

Untuk mendorong pembelajaran kolaboratif inilah, pendidik juga perlu terus memperbarui kemampuan, kreativitas dan pengetahuannya. Apalagi di dalam dunia digital beragam informasi seringkali diragukan validitasnya. guru dituntut untuk bisa mempunyai kapasitas lebih dari sebelumnya sehingga bisa mengantisipasi siswanya mengunyah informasi dan pengetahuan dangkal bahkan sampah dari internet.

Di tingkatan pendidikan dasar hal ini juga tak boleh dikesampingkan oleh para pendidik. Apalagi pengalaman pandemi telah membuat siswa di tingkatan pendidikan dasarpun turut serta menjadi pemanfaat teknologi. Keasyikan siswa ataupun kecanduan siswa terhadap teknologi menjadi tantangan pendidik untuk menerapkan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, efektif, dan Menyenangkan) sesuai zamannya.

guru dituntut kembali untuk meredefinisikan kembali wujud PAIKEM di masa PTM baru ini. Tentulah kondisi dan situasi anak didik dan pendidik sudah jauh berbeda dengan dua tahun pengalaman pembelajaran daring. Formulasi pembelajaran tatap muka (PTM) di masa sekarang harus benar-benar memperhatikan kondisi saat ini.

Tentulah PAIKEM hanya salah satu bagian dari perwujudan metodologi pembelajaran yang baik dari siswa. Untuk mewujudkan PAIKEM sesuai zaman inilah, harus tetap berdasar prinsip-prinsip pembelajaran berbasis pada kompetensi pendidik mulai dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Sekali lagi, meredefinisi PAIKEM sesuai jaman menjadi bentuk formulasi, pola pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif bagi siswa menjadi tantangan bagi pendidik. Dunia berubah, pola pikir, belajar siswapun berubah. Pendidikpun harus mengikutinya agar tak tergilas oleh sejarah dan ditinggalkan siswanya.

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mewarisi Api Guru dari Masa Kebangunan

Selasa, 6 Desember 2022 | 08:46 WIB

Tragedi 27 Juli: Serpih Ingatan Melawan Lupa

Jumat, 29 Juli 2022 | 13:11 WIB

Jalan Berliku 24 Tahun Reformasi

Sabtu, 21 Mei 2022 | 12:13 WIB

Komunikasi Keluarga Terhadap Pendidikan Anak

Jumat, 20 Mei 2022 | 17:27 WIB

Masalah Bersama itu Bernama Lost Learning

Minggu, 23 Januari 2022 | 15:22 WIB

Kafala dan Kekerasan Struktural Bagi Pekerja Migran

Sabtu, 18 Desember 2021 | 12:52 WIB

Tentang 'Botoh' di Seputaran Arena Pilkades Serentak

Selasa, 14 Desember 2021 | 15:50 WIB

Politik Diametral

Rabu, 3 November 2021 | 14:22 WIB
X