BOTOH. Setiap kali proses Pemlihan Kepala Desa (Pilkades) termasuk dalam Pilkades serentak di Kabupaten Banyumas yang akan digelar 15 Desember 2021 ini, kata botoh bagi warga desa akan santer terdengar. Entah berapa ribu kali, kata itu akan diucapkan dalam pembicaraan dari warung kopi, perempatan jalan, hingga rumah calon kepala desa.
Botoh, dalam bahasa Jawa (Banyumasan) adalah menunjuk kepada orang yang berperan membantu pemenangan Pilkades suatu calon. Jadi berbeda dengan pendukung biasa dan simpatisan, botoh adalah orang yang melebihi perannnya sebagai pendukung atau simpatisan.
Ia akan berjuang mati-matian melebihi para calonnya. Bahkan ambisinya melebihi ambisi calon kades. Ia lebih calon kades dari calon kades. Botoh akan berusaha keras untuk menempuh segala cara untuk mengkampanyekan calonnya, menggaet suara termasuk bekerja sangat keras di hari jelang Pilkades digelar.
Ia adalah orang yang akan tampil ke muka ketika ada hal yang menyangkut diri sang tampil. Ia akan menjadi corong pertama atau promotor utama terhadap citra diri sang kandidat. Iapun akan paling berani untuk menjadi pembela ketika sang kandidat diolok atau dijelekan.
Soal botoh, ada botoh yang benar-benar siap mengorbankan apapun demi kemenangan sang calon. Tentulah soal ini, masing-masing botoh punya motivasi sendiri-sendiri. Motif membela bisa jadi soal ekonomi, genealogi, psikologi sosiologi, ideologi hingga mitologi.
Ada juga soal hutang budi, garis keturunan keluarga, kesamaan ideologi. Ada yang jelas-jelas pragmatis mulai dari nunut udud , ikut merokok hingga punya tujuan kompromi dan transaksi politik. Tentulah yang terakhir ini yang juga berlaku bagi pemilihan demokrasi lainya seperti Pemilihan legislatif hingga pemilihan kepala daerah.
Berbeda dengan botoh pada Pilkada atau Pilpres yang punya penampilan perlente, necis hingga lainnya, dalam Pilkades sebagai ajang demokrasi orang-orang desa, botoh bisa jadi adalah orang biasa. Tak hanya faktor rasional saja yang menjadi alasan untuk menjadi botoh.
Faktor irasional, bahkan mistis seringkali masih melingkupi langkah sikap mereka. Soal wangsit, kode alam, wasiyat leluhur hingga lainnya sering menjadi alasan seorang botoh untuk membela mati-matian sang calon. Jelang Pilkades, termasuk di hari tenang, justru menjadi hari yang paling tidak tenang.
Secara sembunyi-sembunyi, para botoh yang bergerilya memastikan 'bithing' atau suara mereka aman. Ataupun bergerilya untuk membuat aman suara calon lain agar suara calon mereka aman. Semua bisa dilaksanakan dan bisa terjadi, mulai dari pemberian iming-iming (janji politik) hingga amang-amang (ancaman politik).
Botoh-botoh inilah yang menjadi pengurus mulai dari pemilih mengambang hingga pemilih fanatik. Mereka punya siasat dan trik untuk menghadapi berbagai macam kategori pemilih. Selain ada yang mengamankan suara dengan jalan berkeliling ke perkampungan, ada juga botoh yang diam-diam mendampingi calon kades atapun mereka sendiri yang melakukan ritual spiritual.
Di sisi lain, para botoh menjalankan perannnya, di sisi lain ada sejumlah penduduk yang penasaran soal wangsit, pertanda siapa yang akan duduk menjadi pemimpin mereka. Sejumlah warga yang masih percaya mistis, mereka akan mencari tempat strategis mencari pertanda alam ataupun pertanda mistik.
Mereka akan rela berjaga semalaman suntuk untuk melihat ke mana arah turunnya ndaru, cahaya Ilahi pertanda. Kepada siapa ndaru itu akan turun, kepada calon kepala desa itulah yang akan beruntung. Apakah ndaru itu masih ada, turun ke mana? Entahlah. Yang pasti para botoh di malam terakhir hingga saat hari pemilihan itu mereka bekerja keras untuk memenangkan calon kades atau jago lurah yang diperjuangankannya.
Di akhir pemilihan Pilkades pasti ada botoh yang berbahagia karena calonnya terpilih. Tetapi ada juga bersedih karena calonnya ternyata kalah. Tetapi apakah, beruntung atau tidak tergantung dari soal saat kemenangan itu berlangsung? Tentu itu berpulang dari apa motivasi para botoh mendukung Pilkades itu.***
Artikel Terkait
Kejar Herd Immunity Jelang Pilkades Serentak, Dinkes Banjarnegara Minta Tambahan Vaksin
Di Banyumas, 81 Calon Kepala Desa Akan Bertarung di Pilkades Serentak 15 Desember
Dukun dan Konsultan PolitIik Mendadak di Pilkades Serentak
Metamorfosa Wajah Pilkades, Dari Tanda Gambar hingga Media Kampanye