Dukun dan Konsultan PolitIik Mendadak di Pilkades Serentak

- Sabtu, 4 Desember 2021 | 17:49 WIB
SEORANG panitia pemilihan kepala desa atau lurah di Hindia Belanda tahun 1927 saat memberikan bithing (lidi, Bs Jawa) kepada pemilih.(SM Banyumas/dok eyefilm.nl)
SEORANG panitia pemilihan kepala desa atau lurah di Hindia Belanda tahun 1927 saat memberikan bithing (lidi, Bs Jawa) kepada pemilih.(SM Banyumas/dok eyefilm.nl)

SEORANG lelaki tua kisaran umur 70 tahun datang ke rumah salah seorang calon kepala desa. Usai memperkenalkan diri berniat silaturahmi, setelah itu ia mendo'akan sang calon untuk menang di arena Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak.

Tak hanya itu dengan ilmu perhitungan primbon yang ia miliki, ia meyakinkan kalau sang calon yang lahir pada weton tertentu akan beruntung di tanggal 15 Desember 2021 mendatang. Setelah itu, iapun pamit diri.

Namun sebelum ia dengan terus terang meminta sekadar uang 'petukon mbako' (beli rokok). Tentulah sang calon memberikannya lebih dari itu, karena untuk menjaga citra dan tentu untuk menjaga mulut si 'dukun dadakan' itu agar tak mengumbar berbagai hal jelek diri sang calon. 

Cerita itu nyata terjadi terutama jelang ajang demokrasi seperti Pilkades, Pileg dan Pilkada. Tentulah para tingkatan kasta 'dukun' dan konsultan berbeda tergantung ajang pemilu apa yang dihadapi.

Ya, para tukang ojek pun bahkan sampai tahu dan hafal orang-orang yang mendadak muncul mendadak di saat momen Pilkades ini. Karena para dukun Pilkades ini tak jarang yang menggunakan jasa ojek untuk ke rumah sang kandidat, bahkan ada yang memprihatinkan ; jalan kaki. 

Sejumlah orang akan menjalankan perannya untuk menjadi 'orang pintar'. Meskipun sang calon kades 'tak membutuhkan' namun mereka akan menjaga dan 'ngopeni' (merawat, mengkondisikan) mereka. 

Pasalnya orang-orang tersebut diharapkan tak menganggu proses jalan sukses menggaet simpatik dan suara pemilih. Apalagi dukun dadakan ini dimungkinkan akan berkeliling ke sejumlah rival calon kades lainnya dengan modus yang sama. 

Tak hanya 'orang pintar' dadakan, di momen Pilkades kali ini, juga banyak orang yang langsung berperan menjadi konsultan politik. Ada yang benar-benar dengan ikhlas hati berkorban memperjuangkan para calon kades.

Tetapi ada juga yang berperan menjadi konsultan politik dengan 'pamrih' materi. Untuk yang terakhir ini tentulah pemikiran pragmatis lebih dikedepankan.

Mereka akan berkorban menjaga, memberi saran hingga memberikan gambaran peta lapangan Pilkades. Tentulah ketika perannya telah dilaksanakan, mereka akan berbalik untuk bisa dirumat, dijaga dan diperhatikan kebutuhannya oleh calon kades. 

Jika kerja mereka tak diapresiasi, maka bukan tidak mungkin mereka justru akan berbalik menjadi pembelot dan memberikan rahasia kabar ke calon lainnya. Namun bisa jadi dari merekapun ada yang bermain di dua kaki, menjadi telik sandi dari lawan calon yang secara kasat mata dibelanya. 

Ya, dalam perpolitikan Pilkades yang bisa dikatakan 'face to face' head to head' semua sangat jelas terjadi. Itulah proses demokrasi langsung yang sebenar-benarnya dan sedekat-dekatnya dialami masyarakat sejak jaman sebelum kemerdekaan hingga sekarang. 

Tak jauh berbeda dengan Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan Legislatif yang sarat intrik, konflik dan lainnya, Pilkades juga seperti itu, bahkan dampaknya bisa lebih terasa. Apalagi Pilkades menjadi ajang demokrasi langsung yang sudah ada sejak dulu. 

Selain logika, logistik, dalam Pilkades hingga sekarang juga masih santer terdengar nuansa mistik yang melingkupinya. Kosakata wahyu 'ndaru' bagi calon kades terpilih, hingga praktik mistik agar calon kades mendapatkan 'bithing' (suara) terbanyak masih terdengar hingga sekarang. 

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Mewarisi Api Guru dari Masa Kebangunan

Selasa, 6 Desember 2022 | 08:46 WIB

Tragedi 27 Juli: Serpih Ingatan Melawan Lupa

Jumat, 29 Juli 2022 | 13:11 WIB

Jalan Berliku 24 Tahun Reformasi

Sabtu, 21 Mei 2022 | 12:13 WIB

Komunikasi Keluarga Terhadap Pendidikan Anak

Jumat, 20 Mei 2022 | 17:27 WIB

Masalah Bersama itu Bernama Lost Learning

Minggu, 23 Januari 2022 | 15:22 WIB

Kafala dan Kekerasan Struktural Bagi Pekerja Migran

Sabtu, 18 Desember 2021 | 12:52 WIB

Tentang 'Botoh' di Seputaran Arena Pilkades Serentak

Selasa, 14 Desember 2021 | 15:50 WIB

Politik Diametral

Rabu, 3 November 2021 | 14:22 WIB
X