Kemendikbudristek Tetapkan Braen, Krumpyung dan Nopia Purbalingga Jadi Warisan Budaya Tak Benda 2021

- Sabtu, 30 Oktober 2021 | 19:53 WIB
MAINKAN KRUMPYUNG: Pelaku seni di Desa Langgar, Kecamatan Kejobong, Purbalingga memainkan krumpyung. (SMBanyumas/ istimewa )
MAINKAN KRUMPYUNG: Pelaku seni di Desa Langgar, Kecamatan Kejobong, Purbalingga memainkan krumpyung. (SMBanyumas/ istimewa )

PURBALINGGA, suaramerdeka-banyumas.com - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan braen, krumpyung dan nopia dari Purbalingga sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2021.

Sidang Penetapan WBTB digelar di Hotel Millenium, Jakarta 26-30 Oktober 2021 yang diikuti secara daring oleh perwakilan kabupaten/kota yang mengusulkan karya budaya tersebut.

Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purbalingga, Rien Anggraeni mengatakan, nopia masuk pada kategori keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional.

Seni krumpyung pada kategori seni pertunjukan dan braen pada tradisi lisan dan ekspresi.

Baca Juga: Sah! Mendoan Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2021

"Tadinya, braen kami usulkan masuk seni pertunjukan. Tapi setelah tim ahli WBTB pusat menilai dalam kajian akademis kami lebih banyak menampilkan sebagai tradisi lisan, kaitannya dengan tutur tapi melalui tembang. Itu kan perjalanan manusia dari lahir sampai mati," jelasnya, Sabtu, 30 Oktober 2021.

Braen, imbuhnya masih ditemukan di Desa Rajawana, Kecamatan Rembang. Sementara krumpyung masih ditemukan di Desa Langgar, Kecamatan Kejobong dan nopia berada di Kota Purbalingga.

Menurut Rien, proses penetapan WBTB ini cukup berliku. Sebab, setiap karya budaya yang diajukan harus memiliki empat pilar kebudayaan.

"Ada nilai pengembangan, pembinaan, pemanfaatan dan perlindungan. Semuanya harus nyambung," kata dia.

Baca Juga: Jalan Tertatih Seni Tradisi Purbalingga yang Hampir Punah (1)

Kesulitan berikutnya, kata Rien, narasumber dari pelaku karya budaya tersebut rata-rata otodidak. Selain itu mereka juga sudah berusia lanjut bahkan ada yang sudah meninggal.

Untuk membantu proses penyusunan kajian akademik, Dindikbud menggandeng akademisi dan pelaku seni lainnya.

"Seperti krumpyung contohnya, dulu merupakan ritual. Tapi sekarang sudah bergeser jadi seni pertunjukkan. Krumpyung ini alatnya mirip angklung, tapi cara memainkannya ada ciri khas tersendiri," tuturnya.

Baca Juga: Jalan Tertatih Kesenian Tradisional di Purbalingga (2-habis)

Halaman:

Editor: Nugroho Pandhu Sukmono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Tata Cara Salat Tasbih di Malam Nisfu Sya'ban

Selasa, 7 Maret 2023 | 20:20 WIB
X