PURWOKERTO, suaramerdeka-banyumas.com - Kondisi sosial manusia di era "Post Human" selalu menarik dikaji terutama setelah munculnya fakta, teknologi mampu menjembatani keterbatasan jarak selama pandemi COVID-19.
Ragam itu ditangkap para pengkarya visual yang hadir pada pameran poster internasional "Post Human" #2: Infected, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin-Jumat, 30 Januari - 3 Februari 2023.
Pameran yang diprakarsai Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Telkom Purwokerto diikuti 185 karya seniman dari 20 negara termasuk Indonesia.
Salah satu partisipan, Bogi R Pranata, mencoba membaca era post human hadir dalam bentuk poster bergaya doodle berjudul "Nothing Pizza for You".
Baca Juga: Begini Makna Sembahyang King Thi Kong dan Batang Tebu dalam Tradisi Tionghoa
Dia menggambarkan manusia yang memiliki sifat bergerombol satu dengan lainnya. Kekinian, perilaku itu lebih populer dengan sebutan 'circle'.
"Circle timbul dari kesamaan pola pikir ide dan wacana baru yang berkembang pada saat ini. Kelompok-kelompok kecil bak virus yang terus menginfeksi manusia lainnya untuk mengajak masuk dalam komunitasnya dengan metode-metode dengan mengangkat isu sebagai polemik," kata Bogi, seniman asli Kecamatan Sokaraja, Banyumas ini.
Bogi menuturkan, pola pikir ini membentuk manusia semakin merasa kuat, meyakini prestise, eksklusif dan merasa lebih unggul dibanding orang di luar kelompoknya.
Lain halnya dengan Bachrul R Bagja. Lewat karya posternya, 'Rekaan Fatamorgana', dia mengkritisi kondisi manusia secara umum yang menganggap dirinya paling tahu.
Baca Juga: Rianto: Tari adalah Bahasa Tubuh
"Padahal tidak demikian, apa yang mereka tahu saat ini tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Objek perempuan ini menjadi visual lebih dekat dengan media sosial dan cenderung menjadi point of view dari medsos itu sendiri. Orang-orang lebih aware ketika medsos menampilkan sosok perempuan," ujar Bachrul, dosen IT Telkom Purwokerto ini.
Sementara itu, Ketua Panitia Pameran Poster International Post Human #2 Adnan Setyoko, mengatakan, tema Infected atau infeksi yang diusung adalah bentuk pembacaan terhadap gejala-gejala perkembang sosial yang melampaui kebiasaan manusia pada umumnya.
Infeksi ini, kata dia, dimakanai lebih luas. Tidak hanya melekat saja dengan bidang kesehatan saja, tapi juga pada perubahan sosial.
Contohnya, pada era digital, manusia bisa bertegur sapa tanpa harus bertatap muka.
Artikel Terkait
Mau Tahu Jejak-jejak Sejarah Banyumas Raya, Intip Pameran Foto dan Arsip Sejarah BHHC Yuk!
Menilik Lintasan Sejarah Kota Purwokerto dari Lembaran Foto di Pameran BHHC
Dua Tahun Tak Gelar Pameran, Pelukis Banyumas Beraksi di 'Blak-blakan'
Gelar Pameran Solo Bertema Karnaval 'Main Distortion', Nizar Zulmi Awetkan Pengalaman Hidup Lewat Seni Rupa
Reuni ala Perupa: 120 Pelukis Bakal Hadir di Pameran Seni 'Gregah'
Pameran Seni Rupa Gregah: Merekam Dinamika Perupa 'Ngapak' di Jagat Seni
Empat Lukisan Terjual di Pameran Seni Rupa 'Gregah', Nilai Transaksi Capai Belasan Juta