Menempuh Jalan Sunyi Ekosufisme Untuk Menyelamatkan Bumi

- Selasa, 6 Desember 2022 | 15:33 WIB
KUSNO memberikan bibit tanaman kepada salah satu lokasi wisata di Desa Karangkemiri Kecamatan Karanglewas Banyumas beberapa waktu lalu.(SM Banyumas/dok)
KUSNO memberikan bibit tanaman kepada salah satu lokasi wisata di Desa Karangkemiri Kecamatan Karanglewas Banyumas beberapa waktu lalu.(SM Banyumas/dok)

"Sebatang pohon bila kita tanam dan dirawat akan bermafaat bagi kita semua.
Apalagi ditanam di penggir sungai atau sempadan sungai, disamping akan
memperkuat kondisi tanah garis sempadan, menanam di Daerah Aliran Sungai
(DAS) juga memberi manfaat lain seperti oksigen, sumber mata air terjaga,
keanekaragaman hayati, ekologi, ekonomi juga fungsi konservasi," katanya.

Baca Juga: Tanggap Darurat Bencana Ditetapkan, Zona Merah Erupsi Semeru Dikosongkan

Jalan Sunyi Ekosufisme

Jalan yang ditempuh Kusno beserta teman komunitasnya yang lain bisa disebut
jalan sunyi ekosufisme. Ekosufisme sebagai sebutan gabungan dari kajian ekologi
dan sufisme ini mendasarkan pengetahuan dan praktik baik mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan mendekatkan diri dengan manusia, makhluk lain dan alam
semesta.

"Allah menghendaki menusia hingga level khalifah atau wakil Tuhan di bumi.
Dalam hal, ini khalifah memerankan tugas-tugas 'ketuhanan'
seperti berkreasi, merawat, memelihara, dan menjaga semesta agar
menjadi lebih baik dan bermanfaat," jelas Akademisi UIN Prof Dr KH Syaifuddin
Zuhri Purwokerto sekaligus konseptor dan praktisi Ekosufisme, Prof Suwito NS
yang pada tahun 2009-2011 melakukan penelitian disertasi pada aktivitas
ekosufisme jamaah di Masjid Aulia dan Pesantren Ilmu Giri di Gunung Kidul,
Yogyakarta.

Setiap manusia kata Suwito, hendaknya mampu mengimplementasikan tauhid
sosial, ekologis, dan kebudayaan. Memelihara, melestarikan dan hidup harmoni
dengan alam, hakikatnya merupakan bentuk aksi konkret teologis manusia
mendekatkan diri dengan Tuhan.

Baca Juga: Semeru Masih Erupsi, Masyarakat Direkomendasikan Tak Beraktivitas di Sepanjang Besuk Kobokan

"Praktik ekosufisme ini mengarahkan manusia untuk bergerak secara integratif
dari menggeser egoistik menuju kebersamaan yang bersifat ilahiyah, insaniyah
dan alamiyah. Semua perilaku kita termasuk kepada alam harus ditujukan untuk
semata-mata mendapatkan ridla Tuhan dan salah satu ridla Nya kita akan
mendapatkan keselamatan dunia akhirat," jelasnya.

Bentuk konkret dari ekosufisme ini adalah bentuk perilaku nyata pelestarian dan
pemulihan alam sebagai bentuk cinta kepada Sang Pencipta Alam. Persoalan
alam yang timbul sekarang ini hakikatnya karena ketidakpahaman manusia
terhadap ilmu alam yang menjadi bagian dari Ilmu Ke-Tuhanan.

"Ketidaktahuan membuat manusia berlaku menyimpang dari hukum alam
sehingga kembali pada dirinya sendiri seperti contohnya penebangan hutan,
membuang sampah dan lainnya sehingga menimbulkan longsor dan banjir
bandang," ujarnya.

Baca Juga: Reborn Rich Salip Extraordinary Attorney Woo Jadi Drama Korea Dengan Rating Tertinggi di 2022

Ketika seseorang memahami ilmu KeTuhanan dan ilmu lingkungan atau ekologi,
maka dimensi etis dan estetis akan selalu dikedepankan dalam berperilaku
terhadap alam. Pengalaman spiritual sebagai bagian kesadaran berketuhanan
akan memantik kesadaran berlingkungan dengan aksi nyata menjaga
keharmonisan lingkungan.

“Mencintai alam semesta hakikatnya adalah bagian tak terpisahkan dari
mencintai Tuhan sebagai pencipta manusia dan alam semesta. Karena alam
semesta adalah ayat bukti adanya Tuhan," tegasnya.

Suwito membeberkan tahapan praktik ekosufisme mulai dari Takhali (menguras)
yaitu membuang sifat buruk diri kepada lingkungan salah satunya dalam bentuk
taubat ekologi, yaitu tidak melakukan hal perbuatan yang merusak lingkungan.
Tahapan kedua adalah Tahali (mengisi) yaitu mengisi diri dengan hal-hal yang
baik dalam bentuk syukur ekologis antara lain dengan memanfaatkan apa yang
ada di alam sesuai kebutuhan. Dan yang tahapan terakhir adalah Tajalli
(memancar) yaitu melaksanakan aksi nyata memberi terhadap lingkungan mulai
dari menanam pohon, memulihkan lingkungan agar lebih baik.

Baca Juga: Bagaimana Kelanjutan Nasib Konser Raisa dan BLACKPINK setelah FIFA Larang Adakan Konser di GBK ?

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Berikut ini Bunyi Tepuk Puasa atau Tepuk Saum

Rabu, 22 Maret 2023 | 18:59 WIB

Ini Alasan Produksi Film Butuh Manajemen yang Rapi

Senin, 20 Maret 2023 | 12:36 WIB

DKKB Lantik Pengurus Pakumas Korcam Kembaran

Senin, 20 Maret 2023 | 08:23 WIB
X