BANYUMAS, suaramerdeka-banyumas.com- Ricik-ricik Banyumasan adalah lagu yang biasanya dinyanyikan sebagai pengiring pentas kuda lumping, kuda kepang atau yang akrab disebut Ebeg bagi masyarakat Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan sebagianya.
Lagu khas dengan Bahasa Jawa Banyumasan atau Penginyongan ini sangat akrab di penikmat Ebeg.
Lagu ini lugas dan seringkali ditambah dengan 'wangsalan' yaitu semacam pantun tetapi dengan metafor kata dan disambungkan dengan baris berikutnya.
Baca Juga: Makin Banyak Pilihan Layanan Internet, Ini Beda antara Telkomsel Orbit dan IndiHome
Ricik gemricik gurimise wis teka sedela maning
(Rintik gerimis sudah datang dan sebentar lagi)
Bapake wis teka nyong kaget
(Bapak sudah datang, saya kaget)
Aduh rika mbekta napa
(Aduh, anda (bapak) membawa apa )
Bungkus pethak niku isi napa
(Bungkus putih itu berisi apa)
Kiye gendung leh oleh kang larang pitukone
(Ini oleh-oleh yang malah harganya)
Pinten pitukone pak,
(Berapa harganya Pak)
Kula sagah pak, sagah pak sagah mawon
(Aku sanggup Pak, sanggup Pak, sungguh sanggup)
lha iya Tampakena gendung aja bosen
(Lha iya terimalah ini jangan bosan)
eh tobil Jebulane gambare calone kangmase
(Eh tobil (anak cicak, red) ternyata foto calon kakak)
Baca Juga: Garap Konten Kreatif, Cara Generasi Muda Penghayat Kepercayaan Pertahankan Kearifan Lokal
Rama rama jaluk madhang lawuh uyah
(Bapak, (saya) minta makan lauk garam)
Moh madhang lawuhe uyah rama jaluk bojo sing dadi lurah
(Saya nggak mau makan lauk garam, bapak (saya) minta suami lurah)
Rama rama, jaluk madhang lawuh trasi
(Bapak, saya minta makan lauk terasi)
moh madhang lawuhe trasi rama
(Saya nggak mau makan lauk terasi, Bapak)
Jaluk bojo sing dadi pulisi
(Saya minta suami yang jadi polisi)
Baca Juga: Tiga Hari Pencarian, Penambang Pasir yang Terseret Arus di Muara Serayu Belum Ditemukan
Rama rama, jaluk madhang lawuh tahu
(Bapak, saya minta makan lauk tahu)
moh madhang lawuhe tahu rama
(Saya nggak mau makan lauk tahu, Bapak)
Jaluk bojo sing dadi bau
(Saya minta suami yang jadi 'bau' (kepala dusun)
Rama rama, jaluk madhang ajang godhong
(Bapak, saya minta makan dengan alas daun)
moh madhang ajange godhong rama
(Saya nggak mau makan dengan alas daun Bapak)
Jaluk kanca sing gotong royong
(Saya minta teman yang gotong royong)
Rama rama, jaluk madhang lawuh kripik
(Bapak, saya minta makan lauk keripik)
moh madhang lawuhe kripik rama
(Saya nggak mau makan lauk keripik Bapak)
Jaluk bojo sing dadi dadi carik
(Saya minta suami yang jadi carik (sekretaris desa))
Baca Juga: Terseret Arus Banjir di Bogor, Seorang Mahasiswi Diduga Hanyut Sampai Jakarta
Wakul kayu cepone wadah pengaron
(Bakul kayu, cepon (tempat nasi) tempat menanak nasi)
Kapanane ketemu pada dewekan
(Nanti kalau ketemu sama-sama sendirian berdua)
Turi rawa kulintang kembang kuyanti
(Turi rawa kulintang kembang kuyanti)
Kurandangan goleti sing eman maning
(Mengidamkan mencari seseorang yang sayang)
Dongkel gelang jenenge bung alang alang
(Linggis besi bernama rebung alang-alang)
Wis ajege wong lanang gede gorohe
(Sudah lazim lelaki suka berbohong/banyak dustanya)
Lisus kali kedung jero banyu mili
(Pusaran air sungai, palung dalam mengalirlah air)
Meneng soten atine bolar baleran
(Meski diam, tetapi hati tak menentu).***
Artikel Terkait
Setelah Jadi 'Bakul Peso' Bupati Banyumas Achmad Husein Jadi 'Tukang Ebeg', Ana Apa Iloken...
Ini Dia Kelompok Seni Budaya yang Mejadi Juara Festival Ebeg Kreatif dan Festival Kesenian Langka
Literasi Digital Agar Jadi Budaya di Kalangan Pendidik
Ini Alasan Tiket Borobudur Naik, Untuk Batasi Turis Naik Borobudur, Jaga Kelestarian Sejarah Budaya Nusantara
Kesenian Ebeg Banyumas Masuk Nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2022
Sosialisasi Tertib Lalu Lintas Lewat Sentuhan Seni Budaya
Lewat Kreasimuda 2022, OJK Purwokerto Tanamkan Budaya Menabung
Dari 726 Karya Budaya Jateng, Baru 103 yang Tercatat dan Ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda
Kesenian Ebeg Banyumas Digandrungi Masyarakat, Ini Asal Mulanya
Lagu Eling-eling Banyumasan, Lagu Wajib Saat Penari Ebeg Mulai Dijantur, Wuru, Mendem