Garap Konten Kreatif, Cara Generasi Muda Penghayat Kepercayaan Pertahankan Kearifan Lokal

- Minggu, 16 Oktober 2022 | 22:05 WIB
MENYUNTING VIDEO: Peserta menyunting video dengan menggunakan telepon pintar saat  Workshop Pembuatan Konten Kreatif Lokal Bagi Generasi Muda Penghayat, di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, Minggu, 16 Oktober 2022.  (SMBanyumas/Nugroho Pandhu Sukmono)
MENYUNTING VIDEO: Peserta menyunting video dengan menggunakan telepon pintar saat Workshop Pembuatan Konten Kreatif Lokal Bagi Generasi Muda Penghayat, di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, Minggu, 16 Oktober 2022. (SMBanyumas/Nugroho Pandhu Sukmono)

PURWOKERTO, suaramerdeka-banyumas.com - Generasi Muda Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (Gemapakti) Kabupaten Banyumas, berupaya mempertahankan kearifan lokal di era digital saat ini.

Oleh karena itu, mereka mempelajari cara membuat konten kreatif yang diolah dari pengetahuan dan warisan leluhur.

Itu dikemukakan Estri Winarsih, Ketua Pelaksana Workshop Pembuatan Konten Kreatif Lokal Bagi Generasi Muda Penghayat, saat mendampingi puluhan anggota Generasi Muda Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME Indonesia (Gemapakti) Kabupaten Banyumas, di Pendopo Wakil Bupati Banyumas, Minggu, 16 Oktober 2022.

Baca Juga: Begini Uniknya Tradisi Lebaran Masyarakat Kasepuhan Adat Kalitanjung

Menurutnya, konten kreatif serta pengalaman yang dihasilkan dari pelatihan tersebut akan menjadi modal untuk mengenalkan generasi penghayat kepercayaan kepada publik.

"Kami ingin dikenal oleh masyarakat luas, bahwa keberadaan kami itu ada di Banyumas. Kami juga tidak seperti yang dibayangkan oleh mereka," kata dia.

Dia mengatakan, masih banyak pandangan negatif dari masyarakat terhadap penghayat.

Contohnya adanya anggapan penghayat kerap menggunakan dukun. Padahal, penghayat kepercayaan justru tidak mengajarkan penggunaan ''orang pintar''.

Baca Juga: Ini Cara Masyarakat Kalitanjung Lakukan Rirual Adat Adat Tolak Bala

"Padahal kami itu tidak boleh menggunakan dukun, cuma pandangan mereka. (Ada istilah) tidak kenal maka tidak sayang, jadi kami ingin memberi pengetahuan kepada masyarakat kami itu mengakui dan menghayati adanya Tuhan Yang Maha Esa," jelasnya.

Estri mengatakan, selain untuk mengenalkan diri kepada publik, kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun jejaring dengan organisasi kemasyarakatan serta instansi di Banyumas.

Adapun peserta workshop membuat sejumlah konten yang cukup menarik.

Di antaranya permainan tradisional, wayang kertas, proses belajar di kampus yang melayani penghayat kepercayaan, ajaran dan tradisi leluhur setelah melahirkan ada yang sudah hampir punah.

Baca Juga: Mantra Anak Putu Banokeling Jadi Nilai Pemersatu dan Penguat Kepercayaan Komunitas Adat

Halaman:

Editor: Nugroho Pandhu Sukmono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Berikut ini Bunyi Tepuk Puasa atau Tepuk Saum

Rabu, 22 Maret 2023 | 18:59 WIB

Ini Alasan Produksi Film Butuh Manajemen yang Rapi

Senin, 20 Maret 2023 | 12:36 WIB

DKKB Lantik Pengurus Pakumas Korcam Kembaran

Senin, 20 Maret 2023 | 08:23 WIB
X