Menurutnya, dimensi ketubuhan penari lengger dalam tradisi kesenian ini muncul sebagai bentuk personifikasi magis utamanya saat kerasukan indang, dan diperlakukan sebagai dunia meta realistis.
Pertunjukan lengger juga cukup lama terkonstruksi oleh pakem.
"Melalui pertunjukan Amazing Lengger Festival, saya berusaha melepaskan hal-hal yang bersifat umum sebagai wacana baru terhadap pertunjukan lengger di dalam bingkai tradisi untuk generasi muda saat ini," katanya.
"Artinya, lengger tidak lepas dari daya kreativitasnya yaitu bukan saja sebagai ritus kesuburan,tetapi juga sebagai penanda baru yang sehimpunan irama gerakan yang menekankan pesan setiap manusia berhak hidup dalam keberagaman tanpa diskriminasi dan persekusi," imbuhnya.
Baca Juga: Merintis Jalan Pusat Arsip dan Dokumentasi Seni Lengger
Pada pementasan ini, Rianto menggandeng seniman asal Spanyol, Rodrigo Parejo yang memainkan alat musik flute.
Rodrigo sendiri mengaku baru pertama kali berkolaborasi dengan musik tradisional Banyumasan. Dia terbiasa tampil dengan iringan musik gamelan.
"Musiknya lebih dinamis dan rancak, saya juga menyukai nada-nada berkarakter oriental," kata Rodrigo.
Baca Juga: Pentas 'Metamorfosa Lengger': Membaca Dinamika Seni Lengger
Dia mengaku harus beradaptasi terlebih dahulu dengan karakter musik calung Banyumas.
Artikel Terkait
Usung Memoar Lengger Lanang, Rumah Lengger Bakal Hadir di Penutupan Artjog 2021
Akhir Pekan Ini, Nonton Pentas Kolaborasi 'Metamorfosa Lengger' Yuk!
Resolusi Tahun 2022 ala Koreografer Tari Rianto: Seniman Harus Makin Cerdik Beradaptasi dengan Pandemi
Cerita Rianto Menjalani Puasa Ramadan di Negeri Sakura: Kangen Kumpul Keluarga dan Soto Ni Tiwen
Garap Sendratari Ksatria Singadipa, Rianto: Memaknai Semangat Juang Sang Panglima