Baca Juga: Ini Dia Link Twibbon Menyambut 100 Tahun atau Satu Abad Nahdlatul Ulama
"Misal buku Sepatu Bola Ngatemin justru tak dibeli. Jadi mereka lebih berpikir yang pragmatis daripada yang murni.
Persoalan bagaimana cerita anak disajikan juga menjadi permasalahan serius, terbukti ada penelitian kenapa anak Indonesia lebih suka Upin Ipin, dan superhero dari barat dan lainnya," jelasnya.
Pengelola Rumah Kreatif Wadas Kelir Purwokerto ini meyakini kalau pengalaman bersastra di masa kecil yang indah dapa membentuk gagasan sebagaimana dialami para sastrawan.
Sastra dengan nilai-nilai kebaikan dari lokalitas juga menarik untuk dikaji dan dikembangkan kembali.
Baca Juga: Rugikan Negara 78 Triliun, Buronan Surya Darmadai Sudah Ada di Singapura
"Yang perlu diperhatikan bahwa dengan literasi sejak dini, anak-anak dibacakan secara intens sastra yang bagus akan lahir lahir generasi yang anti kekerasan dan berakhlak baik.
Namun Namun perntanyaannya sekarang adalah adakah perubahan sastra anak dulu dan sekarang," tanyanya reflektif.***
Artikel Terkait
Angkat Kisah-Kisah Dampak Perang dan Pengungsi, Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Menangkan Nobel Sastra 2021
Sastra Pencerahan Bawa Dosen UIN Saizu Raih Penghargaan Tingkat Asia Tenggara
Peringati Harkitnas, Komunitas Literasi dan Sastra Banyumas Barat Gelar Ontran-ontran Sastra di Banyumas Barat
Presiden Penyair dan Geguritan Bertarung di Ontran-ontran Sastra, Siapa yang Menang?
Ahmad Tohari Dapatkan Anugerah Senator Indonesia B-52 Bidang Sastra
Ahmad Tohari 74 Tahun, Terus Berkarya di Usia Senja, Gelisah Terhadap Rendahnya Minat Baca Sastra Anak Muda
Ini Isi Perbincangan Sastra dan Indonesia dari Ahmad Tohari dengan Pembaca Ronggeng Dukuh Paruk di Jerman