Obrolan Warkop: Nakal Kelas Tinggi

- Sabtu, 9 Juli 2022 | 08:07 WIB
Ilustrasi sejumlah pengunjung warung kopi di Ajibarang saat menikmati obrolan dan kopi semalam (SM Banyumas/Susanto)
Ilustrasi sejumlah pengunjung warung kopi di Ajibarang saat menikmati obrolan dan kopi semalam (SM Banyumas/Susanto)

Baca Juga: KPK Datangi Purbalingga, Ada Apa?

Obrolan warung kopi di salah satu sudut pinggiran kota itu memang dengan enteng membahas persoalan berat semacam tema moral ini.

Warung kopi yang dikelola lulusan perguruan tinggi yang bosan berjibaku mencari fulus di ibukota, menjadi tempat penampungan orang segala kelas untuk menikmati si hitam sedap.

Di warung kopi ini tak dibahas persoalan moral, hingga filsafat tingkat tinggi yang harus ditempuh dengan 6 SKS perkuliahan. Di warung kopi desa dengan pelanggan yang rata-rata kelas proletar, mereka tak mengenal teori psikoanalisa Sigmund Freud.

"Naluri manusia itu ada dua, mempertahankan keturunan dan bertahan hidup. Seks adalah naluri dasar manusia yang tak bisa dihindarkan. Dari seks inilah kehidupan dan peradaban bermula," begitu ceramah salah satu mahasiswa di hadapan mahasiswa lainnya di suatu kampus jauh dari warung kopi desa itu.

Baca Juga: Ini Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan Penyediaan Daging Halal Dalam Kurban

Berbeda dengan gaya-gaya mahasiswa yang mencoba membedah kenapa fenomena 'nakal' oknum tokoh spiritual terjadi dari berbagai teori, obrolan warung kopi punya pisau analisis sendiri.

Bagi Gopeng dan Don, fenomena nakal ya memang wajar. Tapi sebagai bagian masyarakat bawah mereka berharap tokoh agama, tokoh masyarakat hendaklah jadi panutan sekaligus pengayom.

Mereka tidak 'ndakik-ndakik', terlalu tinggi membahas nakal orang-orang kelas atas itu. Mereka hanya bisa berharap 'mbok ya', orang-orang atas itu memberi contoh yang baik pada masyarakat. Mereka sepintas saja membahas kenakalan orang-orang atas.

"Peng, wong mereka urusan perut sudah selesai, maka ya sudah nggak mikir lagi soal perut. Mikirnya ya soal di bawah perut. Kalau kamu punya duit dan kuasa mungkin kamu akan seperti itu juga," kata Don.

Baca Juga: Seluruh Kabupaten di Jatim, Jateng dan Babel Terpapar PMK, Testing dan Karantina Ternak Diminta Diintensifkan

"Nggak lah, amit-amit jabang bayi. Biar kaya gini saya masih eling. Saya masih ingat punya anak isteri di rumah. Meskipun mereka murung kalau saya pulang tak bawa uang," jawab Gopeng.

"Sssst Guse rawuh," omong Don kepada Gopeng sambil berbisik.

Obrolan antara Don dan Gopeng ini selesai, setelah datang seorang tokoh pemuda yang sedang memimpin organisasi pemuda tingkat kecamatan malam itu. Ya, dia seorang anak kiai yang sedang jadi panutan dan contoh bagi Don dan Gopeng. ***

 

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pelaku Seni Ebeg Diedukasi Berorganisasi

Jumat, 9 Juni 2023 | 16:33 WIB
X