'Berjalan dalam Ingatan' Tandai 52 Tahun Perjalanan Kepenyairan Dharmadi

- Senin, 27 Juni 2022 | 19:42 WIB
PELUNCURAN BUKU: Penyair Eddy Pranata PNP saat membedah buku kumpulan puisi karya Dharmadi (di sampingnya) di Jatilawang Sabtu 25 Juni 2022.(SM Banyumas/dok)
PELUNCURAN BUKU: Penyair Eddy Pranata PNP saat membedah buku kumpulan puisi karya Dharmadi (di sampingnya) di Jatilawang Sabtu 25 Juni 2022.(SM Banyumas/dok)

 

BANYUMAS, suaramerdeka-banyumas.com- Bagi Dharmadi angka 73 mungkin hanyalah sebuah angka saja yang tak memengaruhi vitalitasnya dalam berkarya: bersyair atau berpuisi. Terbukti dalam kepenyairannya sejak tahun 1970, sejak karya-karyanya muncul di media massa hingga kini ia terus berkarya. 

Bahkan di usia kepenyairannya yang ke-52, ia baru saja meluncurkan sebuah buku kumpulan puisi berjudul Berjalan dalam Ingatan. 

Dharmadi lahir di Semarang 30 September 1948. Memulai memublikasikan puisinya di media massa tahun 1970. Berjalan Dalam Ingatan adalah buku puisinya yang kesembilan. Berisi 32 judul puisi, tebal 42 halaman.  diterbitkan oleh Satria Publisher Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.  Buku puisi sebelumnya adalah Kemarau, Aku Mengunyah Cahaya Bulan, Jejak Sajak, Aura, Kalau Kau Rindu Aku, Larik-larik Kata, Pejalan, Kata Suara Gema.

Baca Juga: Pengamen Masih Marak di Jalan, Operasi Yustisi Terus Digiatkan

peluncuran buku Berjalan dalam Ingtan ini dihelat dan dihadiri para seniman hingga penyair tua dan muda pada Sabtu 25 Juni 2022 di  halaman rumah Penerbit Satria Publisher Tinggarjaya Jatilawang. 

Eddy Pranata PNP, penyair Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera) yang malang melintang bersyair di tanah melayu dan kini menetap di Banyumas turut membedah buku kumpulan puisinya. 

"Bergumul dengan setiap diksi pada tiga puluh dua judul puisi yang bertitimangsa tahun 2021. Ada daya sentuh dan daya kejut yang menarik-menghela dengan berbagai intuisi.

Baca Juga: Banjir dan Longsor Landa Banyumas Barat, Sejumlah Infrastruktur Rusak

Pendekatan “rasa” dan dengan “pisau analisis sederhana” perlahan menguak imaji Dharmadi yang terkadang terang dan terkadang samar. Puisi-puisi yang mampu menawarkan pemikiran dan pencerahan, tentunya, pada setiap denyar ruang dan waktu," ungkap Eddy yang sering dipanggil Presiden penyair Banyumas Raya. 

Dijelaskan Eddy Pranata, antologi Berjalan Dalam Ingatan menghimpun— nyaris semua berbentuk puisi pendek, hanya tiga puisi panjang berjudul; riwayat, bolak-balik zaman, dan—berjalan dalam ingatan. Tema yang diangkat beragam: kesunyian, maut, kritik sosial, dan tentu ada pula yang bertema cinta.

Baca Juga: Hadapi Malaysia Open 2022, Berikut Daftar Wakil Indonesia yang Akan Bertanding

"Dharmadi mencatat dan memotret segala kelebat, segala peristiwa, segala kenangan, dan apa saja yang membuatnya takjub dan terpana (semacam keindahan atau kengiluan yang menelikung kehidupannya). Tak terhindarkan. Tak terbendung. Semuanya menjelma menjadi sejarah kecil dan sejarah besar dalam perjalanan hidup dan gelora kepenyairan," jelasnya. 

Rekaman Kelam Tragedi 65

Dipaparkan Eddy Pranata, tujuh bagian pada puisi berjudul Berjalan Dalam Ingatan—  yang menjadi judul antologi ini—menandakan bagaimana Dharmadi mengulik “sejarah kecil” dan “sejarah besar” lewat kata-katanya, kalimat-kalimatnya, ungkapan-ungkapannya yang begitu runut dan panjang.

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Berikut ini Bunyi Tepuk Puasa atau Tepuk Saum

Rabu, 22 Maret 2023 | 18:59 WIB

Ini Alasan Produksi Film Butuh Manajemen yang Rapi

Senin, 20 Maret 2023 | 12:36 WIB

DKKB Lantik Pengurus Pakumas Korcam Kembaran

Senin, 20 Maret 2023 | 08:23 WIB
X