Dewi Dee Lestari: Karier Menulis Saya Berhutang Budi pada Perjalanan Spiritualitas.

- Selasa, 3 Mei 2022 | 08:29 WIB
DEE Lestari penulis novel Supernova, Rapijali, Perahu Kertas , Rectoverso dan lainnya bersama putrinya Atisha Prajna (SM Banyumas/Dok instagram @deelestari)
DEE Lestari penulis novel Supernova, Rapijali, Perahu Kertas , Rectoverso dan lainnya bersama putrinya Atisha Prajna (SM Banyumas/Dok instagram @deelestari)

Suaramerdeka-banyumas.com-Siapa yang tak kenal dengan Dewi Lestari alias Dee penulis novel serial Supernova yang mulai tenar sejak tahun 2001 sekaligus menjadi penyanyi pencipta lagu, penyair dan sebagainya.

Ternyata perjalanan penulisnya berasal dan berawal dari kebangkitan dirinya mempelajari, menelusuri dan melakukan perjalanan spiritualitas

Berikut ini petikan perbincangan Dee dalam program Festival Puasastra 2022 dengan tema Perjalan Spiritual dan Sastra yang diadakan Semut Merah Kaizen pada Sabtu 30 April 2022. 

Baca Juga: Tips Menulis Triyanto Triwikromo, Membaca Itu Langkah Awal untuk Menulis, Selanjutnya Adalah...

Dari petikan ini pembaca bisa melihat dan memahami kalau perjalanan spiritualitas, perjalanan membaca menjadi bagian awal tips, trik sengaja dilakukan Dee sebagai penulis.

Jadi kalau saya kilas balik perjalanan karir penulis. Bagaimana Supernova bagaimana buku itu bisa dituliskan dan diterbitkan. Awalnya karena sprirutlaitas. 

Karier menulis saya ini berhutan budi ke perjalanan spiritulalitas. Jika tidak karena perjalanan spiitualitas itu mungkin syaa tidak akan menulis dan menerbitkan buku. 

Jadi sekiar umur 23 -24 itu saya bisa dilbilang mempunyai epifani, awakening spiritualitas
saya lagi mengapresiasi semua agama secara netral.

Baca Juga: Angelina Jolie, Dari Menulis Buku hingga Tak Bosan Suarakan dan Dukung Perjuangan Hak Azazi Manusia

Saya ingin membaca mendalami tanpa bias, saya baca buku agama hindu, saya tidak melihat Hindu dari sebagai Kristen dan sebagainya.

Saya lakukan ke semua spiritualitas. Dari Hindu, Islam, Kristen, Kejawen, Kabala dan banyak waktu itu. 

Dan pada satu titik saya merasa ingin mengabadikan ke dalam satu tulisan tapi gak ketemu anglenya.

Baca Juga: Ahmad Tohari: Menulislah Maka Kamu Akan Ada

(Sebagai) anak umur 24-25 tahun sok tahu banget kalau menulis itu sebagai non fiksi. 

Halaman:

Editor: Susanto

Sumber: Instagram

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X