BANYUMAS, suaramerdeka-banyumas.com - Kabupaten Banyumas perlu merintis pusat dokumentasi dan arsip kesenian lengger.
Hal tersebut sangat penting untuk pengembangan seni tradisi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2019 lalu.
Peneliti asal Amerika Serikat, Prof Rene TA Lysloff mengatakan, pengembangan seni sebaiknya diawali oleh riset dan dokumentasi yang baik.
Hal itu sudah ditunjukkan oleh para pelaku seni yang tergabung di Rumah Lengger Banyumas.
Baca Juga: Pentas 'Metamorfosa Lengger': Membaca Dinamika Seni Lengger
"Saya sudah lihat yang ada di Rumah Lengger. Itu bagus sekali, ada sejarahnya, perkembangan seninya dan pertunjukkannya. Saya setuju sekali, supaya (lengger) tetap hidup," kata penerjemah novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, baru-baru ini.
Menurutnya, arsip tersebut bisa diakses untuk penelitian kalangan akademisi dan pelaku seni. Dia mengaku memiliki beberapa dokumentasi tentang seni tradisional tersebut.
"Saya punya kaset (lengger) dari riset sekitar tahun 1980an. Ada beberapa video yang juga bisa menjadi referensi. Nanti saya sumbangkan ke Rumah Lengger untuk melanjutkan dan melestarikan seni lengger," jelasnya.
Baca Juga: Usung Memoar Lengger Lanang, Rumah Lengger Bakal Hadir di Penutupan Artjog 2021
Artikel Terkait
Komik 'Babad Banyumas - Adit Menyusur Lorong Waktu' Diluncurkan, Lebih 'Ramah' Anak Muda
Setelah Babad Banyumas, Ini Cerita Rakyat yang Bakal Diangkat Jadi Komik
Ini Parikan atau Pantun Jawa untuk Hari Jadi Banyumas ke-451
Janganlah Kalian Bingung Soal Rejeki, Simak Hikayat Burung Hijau dan Ikan Besar
Pengunjung Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyumas Masih Dibatasi
Ini Dia Pantun Jawa atau Parikan Menunggu Waktu Berbuka Puasa Karya Presiden Geguritan Wanto Tirta