BANYUMAS, suaramerdeka-banyumas.com– Tradisi Sadranan merupakan tradisi wajib bagi masyarakat Desa Karanggude, Kecamatan Karanglewas dan sekitarnya dalam menyambut bulan puasa di Makam Kyai Murokhidin, Desa Karanggude Kulon.
Tradisi ini dilakukan dengan berbagai macam prosesi, dari mulai prosesi mendoakan beberapa makam di kompleks Makam Kabunan, pembersihan sampah, hingga makan bersama.
Tiap tahunnya, prosesi makan bersama atau tasyakuran ini dilakukan dengan menghidangkan berbagai macam makanan yang diletakkan pada wadah bernama Ancak.
Baca Juga: Ini Jadwal Film Bioskop yang Tayang di Rajawali Cinema Purwokerto Hari ini Jumat 25 Maret 2022
Ancak harus dibuat secara manual oleh masyarakat setempat dengan menggunakan bahan dasar pelepah pisang dan kayu.
Salah satu pewaris sesepuh setempat, Ahmad Suseno, menjelaskan bahwa warga setempat yang mendatangi tradisi tersebut membawa keranjang masing-masing dari rumah yang digunakan sebagai tempat untuk membawa pulang makanan-makanan yang disediakan di dalam Ancak.
Satu Ancak berisikan berbagai macam makanan, seperti tempe goreng, tahu goreng, ayam goreng, mie goreng, telor rebus, kering tempe, serta terdapat nasi tumpeng dengan tinggi sekitar 20 cm ditengahnya.
Yang menyediakan makanan-makanan tersebut yaitu perkumpulan ibu-ibu dari Desa Karanggude Kulon, Desa Taman Sari, Desa Karang Kemiri, Desa Karang Lewas Kidul, dan sekitarnya.
Tidak ada koordinator khusus yang memegang tanggung jawab mengenai kegiatan memasak hidangan. Masing-masing warga yang membawa hidangan nantinya akan dikumpulkan menjadi satu untuk kemudian dibagikan secara merata.
Hidangan utama pada tradisi ini yaitu Jangan Wedhus.
Baca Juga: Polisi Periksa 54 Saksi Untuk Selidiki Kasus Investasi Bodong Quotes Doni Salmanan
“Jangan Wedhus harus dimasak tanpa dicicipi terlebih dahulu, begitulah aturan yang sudah ada sejak generasi terdahulu yang wajib dilaksanakan secara turun temurun, untuk sumber dana nya, ada donator yang menyumbang sebanyak 155 keranjang makanan,” jelasnya.
Donatur yang tidak disebutkan namanya itu merupakan orang yang lahir di daerah setempat dan memang sudah rutin memberikan dana atau makanan untuk tradisi Sadranan Kabunan.
Ahmad juga menekankan bahwa yang diutamakan pada tradisi Sadranan Kabunan yaitu kejujuran.
Artikel Terkait
Menikmati Akhir Pekan Lewat Kuliner Khas Desa Banyumasan, Racik dan Masak Sendiri Sesuai Selera...
Menu Akhir Pekan ini, Resep Semur Jengkol dan Cara Membuatnya...
Merasakan Pedas Manis Kenangan Lewat Jajanan Kerupuk Pilus
Tumpeng Sega Telang ala Umaeh Inyong, Si Biru yang Selalu Diburu
Anti Mainstream, Pelanggan Seblak Ema Bisa Ambil Topping Sendiri
Berburu Shabu-shabu di Warmindo RZ, Memang Ada?
Wisata Kuliner di Bud's Sky Lounge dengan Menikmati Pemandangan Kota Purwokerto