Kisah Haji Amin, Sebuah Anekdot dari Madura

KALAU belum naik haji, belumlah sempurna. Itulah anggapan sebagian orang Madura yang begitu mengidamkan Rukun Islam ke-5 dapat dijalankannya. Tak heran jika gelar haji tentulah begitu berharga bagi warga. 

"Panggilan Haji itu begitu berharga bagi warga Madura. Bisa dibilang Haji itu rukunnya menjadi orang Madura, " begitu kata Raedu Basha, penyair asal Billapora Sumenep saat Bedah Buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak di Warung Kebon Wasiat, Pandansari Ajibarang, Jumat 31 Desember 2021.

Hingga kemudian ada suatu kisah tentang Haji Amin yang tersebar hingga ke seluruh Madura. 

Baca Juga: Kasus Kecelakaan Naik Dibanding Tahun 2020, Kapolresta Banyumas: Mobilitas Masyarakat Meningkat

Siapa yang tak kenal Haji Amin dan menghormatinya sehingga setiap hari dalam pergaulannya ia akan dipanggil Haji oleh tetangga hingga kerabatnya. 

"Suatu hari Haji Amin ini mengajari sang cucu membaca surat Al Fatihah. Layaknya warga Madura lain yang beragama NU, eh Islam dengan organisasi NU maksudnya Haji Aminpun sangat fasih mengajari cucunya, " sambung Raedu.

Sang cucu sebut saja Saleh, yang masih kecil pun dengan cepat menghafal dan melafal fasih surat pembuka dan induk Qur'an tersebut. 

Baca Juga: Tahun 2021, Tindak Kejahatan di Banyumas Turun 41,4 Persen

"Dari ayat pertama Basmalah, Alhamdu sampai ayat ketujuh ia rampung dilafalkan di depan Haji Amin. Namun dia akhir ayat Sang cucu berhenti, " kisah Raedu. 

"Ayo teruskan, kok berhenti, " kata Haji Amin sebagaimana diceritakan Raedu. 

Sang cucu memandang Sang kakek sambil tersenyum tersipu. Lalu mengangguk dan meneruskan bacaannya ayat ketujuh sebagaimana permintaan Sang kakek. 

Baca Juga: Miris, Pelecehan Seksual terhadap Anak Capai 29 Kasus di Tahun 2021

"Ghoiril maghdlubi 'alaihim waladlooliin..., " tiba-tiba si kecil berhenti lagi. 

"Ayo teruskan Cung, " kata Haji Amin.