PURWOKERTO, suaramerdeka-banyumas.com - kantong semar (Nepenthes adrianii) merupakan flora endemik Gunung Slamet yang semakin langka.
Populasi yang semakin sedikit dan pengembangan tanaman berkantung ini menjadi perhatian penuh bagi para pegiat alam.
Pegiat alam bebas, Tri Agus Triono mengatakan, upaya konservasi kantong semar ini telah melewati tahap kedua, yaitu mengembalikan ke habitat aslinya di hutan.
"Teman-teman mencoba itu untuk diperkaya ya kemudian tahapan kedua adalah ini dikembalikan lagi ke hutan ada beberapa tahapan yang sudah dilalui kemarin," ujarnya, di komplek green house Baturraden Adventure Forest, Rabu, 20 Oktober 2021.
Baca Juga: Mulai Diuji Coba, Bus Wisata Gratis Ini Siap Antar Wisatawan ke Baturraden dan Kota Lama Banyumas
Menurutnya, penyelamatan tanaman ini diiniasi oleh Mahasiswa Hukum Pecinta Alam Universitas Wijaya Kusuma (Mahupa Unwiku) Purwokerto.
Awalnya, mereka melakukan identifikasi keberadaan kantong semar di sekitar lereng selatan Gunung Slamet.
Dia mengatakan, setelah itu, mereka juga sudah bekerjasama dengan para pemangku kepentingan serta mendorong pemerintah daerah agar menjadi gerakan konservasi bersama.
Gerakan bersama ini bertujuan mengedukasi teman-teman pegiat alam maupun pemburu hewan dan tanaman untuk memahami bahwa tanaman kantong semar Gunung Slamet ini jumlahnya semakin sedikit.
Baca Juga: Renovasi Taman Botani Baturraden Diharapkan Pulihkan Sektor Pariwisata
"Gerakan bersama sebenarnya dalam langkah penyelamatan kantong semar, secara prinsip tujuannya adalah konservasi dan ini lebih dikenalkan lagi ke masyarakat Banyumas bahwa tidak hanya Mapala, tetapi juga para pemburu hewan dan tanaman yang ini harus tahu betul bahwa tanaman ini langka," tegasnya.
Menurutnya, kantong semar hanya bisa dikonservasi di kawasan hutan dan tidak boleh dikomersialisasikan karena sudah dilindungi oleh undang-undang karena merupakan tanaman langka.
"Ini tidak boleh dijualbelikan secara ilegal, tidak boleh dijarah sangat dilindungi endemik ada undang-undangnya," pungkasnya.
Pegiat Mahupa Unwiku, Rizki Nurjamali mengatakan, tahap pertama dilakukan dengan studi pustaka dan pengenalan mengenai kantong semar.
Artikel Terkait
Apa Saja Alat Musik Tradisional Banyumasan? Ini Rangkumannya
Menjaga Toleransi dalam Bingkai Pluralisme
Puluhan Tugu dan Monumen Perjuangan di Cilacap Tak Terawat
Menikmati Candu Buku Lawas...
Ternyata Ada 13 Julukan Pecinta Buku, Kamu Yang Mana?