PURWOKERTO, suaramerdeka-banyumas.com - Masyarakat Tionghoa merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur setiap bulan ke 8 hari ke 15.
Pada perayaan ini ada penganan tradisional yang menjadi sajian wajib, yaitu kue bulan.
Di Indonesia, kue bulan biasanya dikenal menurut namanya dalam Bahasa Hokkian/Tiociu yaitu gwe pia atau tiong chiu pia. Dalam bahasa Hakka/ Khek, kue bulan disebut ngieĢt-piáng.
Menurut Humas TITD (Klenteng) Boen Tek Bio Banyumas, Sobita Nanda, kue bulan tradisional pada dasarnya berbentuk bulat, melambangkan kebulatan dan keutuhan.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, bentuk-bentuk lainnya muncul menambah variasi dalam komersialisasi kue bulan.
Baca Juga: Sembahyang Rebutan, Tradisi Tionghoa Mengantar Arwah Menuju Akhirat
Kue bulan bermula dari penganan sesajian untuk persembahan dan penghormatan kepada leluhur di musim gugur, yang biasanya merupakan masa panen yang dianggap penting dalam kebudayaan Tionghoa yang berbasis agrikultural.
Perkembangan zaman menjadikan kue bulan berevolusi dari sesajian khusus pertengahan musim gugur menjadi penganan dan hadiah, namun tetap terkait dengan perayaan festival musim gugur.
Beberapa legenda menyebutkan bahwa kue bulan berasal dari Dinasti Ming, yang dikaitkan dengan pemberontakan heroik Zhu Yuanzhang memimpin para petani Han melawan pemerintah Mongol.
Namun sebenarnya, kue bulan telah ada tercatat dalam sejarah paling awal pada zaman Dinasti Song.
"Dari sinilah dapat dipastikan bahwa kue bulan telah populer dan telah dikenal keberadaannya jauh sebelum Dinasti Ming berdiri," ujarnya.
Ada juga versi yang hampir sama dengan sejarah dan perayaan di bulan ke 8 hari ke 15 yang mengisahkan sebuah pemberontakan terhadap pemerintahan kerajaan Mongol di zaman tersebut.
Baca Juga: Paguyuban Warga Keturunan Tionghoa Bagikan 30.000 Sembako Untuk warga Terdampak Covid-19
"Kutipan ini saya dapat dari "Tionghoa Info" - Tionghoa Info, Seputar info Tradisi dan Budaya Tionghoa," katanya.
Artikel Terkait
Ini Bahan, Bumbu Tongseng dan Cara Membuat Tongseng
Warung Nasi Sorjem, Warung Segala Kasta Yang Legendaris di Kota Purwokerto
Kebijakan Makan di Tempat 20 Menit, Pengelola Kafe Sambut Baik Tapi...
Kebijakan Makan 20 Menit, Dinporabudpar Banyumas Akan Bahas Pengawasan dan Pembinaan
Awalnya Penasaran, Ganjar Pranowo Ketagihan Makanan Khas Bernama Pong Blosok