Selanjutnya, dengan harga bahan baku yang meningkat dan penjualan yang melemah, membuat pertumbuhan pemesanan dan persediaan barang input serta persediaan barang menjadi melambat.
Di tengah tantangan tersebut, komponen investasi usaha tetap meningkat sejalan dengan optimisme perekonomian Indonesia yang diperkirakan akan tetap baik kedepan.
Dilihat secara sektoral, bisnis UMKM masih mampu tumbuh terbatas, kecuali sektor pertanian. Penurunan bisnis UMKM sektor pertanian disebabkan oleh harga barang input yang relatif tinggi dan sulit didapat, adanya serangan penyakit pada ternak dan hama tanaman, faktor cuaca yang kurang kondusif, dan harga beberapa komoditas perkebunan yang menurun seperti karet dan kelapa sawit.
Sementara itu, sektor hotel dan restoran mengalami perlambatan pertumbuhan karena tingkat penjualan kembali ke level normal setelah berlalunya periode lebaran serta daya beli masyarakat yang menurun.
Baca Juga: Dorong UMKM Go Global, BRI dan Kemenkop Tampilkan Produk UMKM Lokal di G20
Indeks Ekspektasi dalam Fase Optimistis
Meskipun pertumbuhan bisnis UMKM melambat, namun sebagian besar pelaku UMKM tetap optimistis terhadap kinerja usahanya pada kuartal IV-2022. Hal ini dapat dilihat dari indeks ekspektasi bisnis UMKM yang berada di level 126,5 atau dalam fase optimistis.
Hasil survey ini menyebut efek kenaikan harga BBM bersubsidi cenderung bersifat sementara sehingga pelaku UMKM optimistis bisnisnya dapat lebih ekspansif pada kuartal IV-2022. Hal ini ditopang oleh hasil survey Ekspektasi Indeks Sentimen pebisnis UMKM yang tetap berada pada level yang tinggi yaitu 134,6, jauh diatas ambang batas 100.
Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan bisnis UMKM, maka sentimen pebisnis UMKM terhadap perekonomian dan usaha secara umum juga menurun, namun masih tetap kondusif. Hal ini tercermin pada Indeks Sentimen Bisnis (ISB) UMKM dari 126,1 pada kuartal II-2022 menjadi 114,6 pada kuartal III-2022. Meski begitu, ISB UMKM pada kuartal III-2022 ini masih mampu melewati ambang batas 100,00 sehingga dapat diindikasikan masih kondusif.
Baca Juga: Roti Mruyung Membangkitkan Ikon Kota Lama, Mendukung Sektor Pariwisata
Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya penilaian mereka terhadap kondisi ekonomi secara umum, sektor usaha dan usahanya saat ini, seperti terlihat pada Indeks Situasi Sekarang (ISS) yang menurun dari level 109,2 menjadi 94,7.
Pelaku UMKM melihat adanya kenaikan harga BBM bersubsidi yang membuat pertumbuhan bisnis UMKM melambat.
Terkait dengan kemampuan pemerintah menjalankan tugas-tugas utamanya, mayoritas pelaku UMKM tetap yakin pemerintah mampu menjalankannya dengan baik, seperti tercermin pada Indeks Kepercayaan pelaku UMKM kepada Pemerintah (IKP) yang tetap berada di level yang tinggi, yakni 127,2 pada kuartal-III 2022. Pelaku UMKM terutama memberikan penilaian yang tinggi terhadap kemampuan pemerintah menciptakan rasa aman, tentram serta menyediakan dan merawat infrastruktur.
Sebanyak 70% pelaku UMKM menilai pemerintah memiliki kinerja yang baik dalam menangani pandemi COVID-19. Namun, hasil IKP ini menurun dibandingkan kuartal sebelumnya di 133,9.
Baca Juga: Dukung UMKM Naik Kelas, 500 Pendamping Nasabah PNM Mekaar Ikuti Pelatihan Community Leaders
Artikel Terkait
Dorong Pertumbuhan UMKM, BRI Optimalkan Layanan Perseroan Perseorangan
Soal Pengelolaan Risiko ESG Sektor Perbankan, BRI Jadi yang Terbaik
Tangani Limbah Masker, BRI Kolaborasi Sediakan Drop Box hingga Ubah Jadi Pot Tanaman
Dorong Penyerapan Ratusan Juta Tenaga Kerja, BRI Berdayakan UMKM
Mudahkan Wisman Urus e-Visa, BRI Berikan Fasilitas Pembayaran Online
BRI Borong Tiga Penghargaan Jambore PR Indonesia
Maksimalkan Penerapan ESG, BRI Terapkan Strategi Komunikasi Role Modeling
Lewat BRILIANPRENEUR 2022, BRI Suguhkan Produk 128 UMKM Terpilih Untuk Kepala Negara G20
Apresiasi Kinerja dan Transformasi Berkelanjutan BRI, Erick Thohir: BUMN dan UMKM-nya Sama-Sama Profit
Dorong UMKM Go Global, BRI dan Kemenkop Tampilkan Produk UMKM Lokal di G20