HARUM kuah soto khas Banyumas menerpa hidung saat dihidangkan untuk para tamu. Seorang penjual mengantarkan sendiri pesanan soto ke pembeli yang dipesan secara daring melalui pesan elektronik (Whatsapp Group).
Penjual soto Banyumas bersama dengan puluhan pelaku usaha lain di wilayah Kelurahan Bobosan, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas mencoba bangkit di tengah pandemi Covid-19.
Mereka harus mampu melewati pandemi agar usaha yang dikelola tetap berjalan. Salah satunya dengan mengubah pemasaran dari konvensional ke daring.
“Pelaku usaha memang dituntut kreatif dalam kondisi apa pun, termasuk saat menghadapi pandemi Covid-19.
Kalau tidak kreatif kami berhenti usaha. Harus cerdas melihat peluang usaha,” kata Ketua Paguyuban UMKM dan Pengusaha Banyumas (Payungmas) Suciatin saat ditemui di galeri Bank Sampah Srayan Makarya Bobosan, belum lama ini.
Wabah Covid-19 mempengaruhi roda perekonomian nasional, termasuk usaha mikro di daerah. Jam operasional usaha dibatasi. Sebagian pelanggan sebelumnya tidak berani keluar rumah.
Akibatnya, pendapatan mereka turun drastis karena sepi pembeli.
Bahkan, tidak sedikit pelaku usaha mikro yang usahanya berhenti karena tidak dapat menutup biaya operasional untuk mengelola kontiunitas usaha.
Dari data di komunitas UMKM Banyumas, paling tidak 31 UMKM pada awal pandemi Covid-19 terpaksa meliburkan para pekerja.
Jumlah pekerja yang diliburkan 2-3 orang. Namun ada juga yang sampai meliburkan hingga 20 pekerja. Meskipun banyak yang meliburkan para pekerja, sebagian UMKM tetap beroperasi.
Ada juga yang mencari peluang lain agar mereka memiliki pendapatan agar bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.
“Kalau saya, pendapatan toko menurun 50%. Meski demikian, saya produksi masker. Lumayan ada pesanan. Saya memberdayakan almumi BLK menjahit. Mereka bekerja di rumah masing-masing,” kata Suci.
Data di Kantor Dinas Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Kabupaten Banyumas, pada awal pandemi Covid-19, mencatat jumlah UMKM di Banyumas sebanyak 527 UMKM.
Dari jumlah itu, yang terdampak hanya 10 persen. Kebanyakan yang terdampak sektor usaha fesyen, boga dan kerajinan.
Tak ingin berlama terpuruk dengan keadaan, Suci yang juga merupakan salah satu agen Pegadaian Cabang Purwokerto mencoba menginiasi penjualan daring dengan cara pesan antar melalui Whatsapp Group dengan tagline "Bela Beli Tangga Dhewek".
Sing dodol tanggane, sing tuku tanggane, donasine nggo tanggane (yang jual tetangganya, yang beli tetangganya dan donasinya untuk tetangganya).
Adapun kelompok usaha bersama di lingkungan Kelurahan Bobosan beragam, mulai dari penjual sembako, kulier, catering, jasa laundry, jasa homestay, bank sampah, jasa angkut (taxi barang), agen bank dan PPOB, jasa jahit pakaian, jasa tukang, sablon kaus hingga usaha perbengkelan.
Kepala Dinakerkop UKM Banyumas, Joko Wiyono belum lama ini juga mengatakan, para pengusaha usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Kabupaten Banyumas telah melakukan improvisasi usaha untuk dapat bertahan menghadapi pandemi.
Dapat Berimprovisasi
Pada awal-awal terjadi Covid-19, kata dia, para pengusaha UMKM menghadapi dinamika yang berkaitan dengan pasokan bahan dasar.
Namun, akhir-akhir ini mereka dapat berimprovisasi terhadap produk yang diproduksi, sehingga pengusaha dapat bertahan dengan keadaan.
“UMKM dapat berimprovisasi dengan keadaan dan mampu bertahan di tengah pandemi,” katanya.
Dia mengatakan improvisasi yang dilakukan para pengusaha UMKM dengan memanfaatkan digitalisasi pemasaran.