Digitalisasi Pemasaran Memacu UMKM Banyumas Naik Kelas

- Selasa, 30 November 2021 | 20:07 WIB
Pemilik produk Nila Crispy Purwokerto, Sri Narsih menata dagangannya yang siap dikirim ke luar daerah. (SMBanyumas/Dian Aprilianingrum)
Pemilik produk Nila Crispy Purwokerto, Sri Narsih menata dagangannya yang siap dikirim ke luar daerah. (SMBanyumas/Dian Aprilianingrum)

PEMILIK Nila Crispy "Sarmila" Purwokerto, Sri Narsih menunjukkan produk yang telah bungkus ukuran 100 gram di rumah produksinya.

Kemasan plastik makanan yang sudah dilabeli Nila Crispy "Sarmila" dilengkapi dengan keterangan bahan-bahan yang digunakan, logo izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan sertifikat Halal dari Majlis Ulama Indonesia (MUI).

Di masa pandemi Covid-19 menjadi titik balik bagi Sri Narsih dalam mengembangkan usaha setelah sebelumnya terpuruk pada awal tahun 2020.

Ia mencoba melakukan digitalisasi pemasaran dengan beralih dari penjualan konvensional ke penjualan daring karena dinilai lebih menguntungkan.

Sebelumnya, ia hanya mengandalkan pemasaran produk dengan menawarkan ke beberapa toko oleh-oleh, lingkungan serta teman dekatnya. Pola penjualan ini dapat mendorong laju usahanya semakin berkembang.

Dalam sebulan, rata-rata ia memproduksi antara 50 kilogram hingga 100 kilogram. Nila crispy dihargai Rp 20.000 hingga 22.000 per bungkus kemasan 100 gram.

Namun, ketika usaha telah berkembang tantangan bisnis pun menghadang. Pandemi sejak Maret 2020 membuat usahanya lumpuh. Sistem konsinyasi dengan toko oleh-oleh di Banyumas macet, sehingga membuat modal operasional membengkak.

Baca Juga: Di Banyumas, 81 Calon Kepala Desa Akan Bertarung di Pilkades Serentak 15 Desember

Bahkan, toko oleh-oleh banyak yang tutup. Saluran pemasaran produk tersumbat. Akibatnya, pendapatan turun drastis. Dalam sebulan ia hanya memproduksi 17 kilogram. Itu pun penjualannya tidak lancar.

Tak ingin larut terjebak dalam jurang pandemi, ia mencoba bangkit. Ia memperbaiki kemasan produk makanan kemudian mencoba beralih ke pemasaran online. Ia memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan penjualan produk. "Saya membuat akun media sosial untuk mempromosikan produk," katanya.

Tak hanya memanfaatkan media sosial, ia juga membuat akun di marketplace Shopee untuk memperluas pemasaran. Sri Narsih semakin agresif menjual produk secara daring.

Ia juga belajar tentang bagaimana mengoptimalkan pemasaran online lewat marketplace, Shopee. Dari evaluasi bisnis, memunculkan bahwa kemasan menjadi penting untuk menarik minat konsumen berbelanja.

Warga Kelurahan Bobosan, Kecamatan Purwokerto Utara itu, menyakini inovasi dengan membuat beragam kemasan menarik akan berdampak pada penjualan produk, apalagi produk yang ditawarkan melalui media online.

Pemanfaatan pemasaran daring secara perlahan memberikan dampak positif terhadap penjualan produk. Makanan olahan berbahan dasar nila usia bayi (baby fish) dengan ukuran 6-8 centimeter mulai mendapat pesanan dari konsumen.

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Harga Cabai Stabil, Bawang Merah dan Telur Naik

Minggu, 28 Mei 2023 | 17:51 WIB

Pelaku Usaha Disabilitas Dibekali Kewirausahaan

Selasa, 23 Mei 2023 | 16:40 WIB

Semen Bima Bagikan 1000 Paket Sembako

Selasa, 18 April 2023 | 18:58 WIB

Volume Pengiriman Paket Selama Ramadan Meningkat

Selasa, 18 April 2023 | 17:04 WIB
X