Dari situ, ia juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Cilacap. Para pejabat mulai memesan produk untuk seragam batik Aparat Sipil Negara (ASN).
Tonik mengaku kala itu hampir setiap bulan memanfaatkan pameran produk untuk mempromosikan batik Maos. Termasuk pengalaman saat dirinya mendapat dana bergulir dari Pertamina.
Sepeda motor yang ia miliki dijual untuk modal usaha, kemudian untuk mengakses dana bergulir dari Pertamina ia pinjam BPKB sepeda motor dari temannya. Ia dapat dana bergulir sebesar Rp 3 juta.
Tonik bersyukur menjadi mitra binaan Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) Pertamina. Pertamina juga menawarkan berbagai bantuan untuk mendukung pengembangan usaha batik Rajasa Mas.
Selain permodalan, ia mendapat bantuan promosi produk melalui pameran produk yang difasilitasi Pertamina dari 2009. Promosi dinilai penting karena menjadi ujung tombak dalam usaha pemasaran.
Dari pameran di berbagai kota di Indonesia, batik Rajasa Mas semakin dikenal bahkan ia mulai banyak menerima pesanan.
Pameran produk yang dikuti tidak hanya skala nasional, melainkan mengikuti berbagai ajang promosi skala internasional. Batik Rajasa Mas mulai mandiri. Pemasarannya pun tidak hanya konvensional, namun merambah pasar online pada 2016 yang didukung dari pemerintah pusat.
Baca Juga: Siswa SMA 1 Bukateja Raih 2 Emas dan 2 Perak di Peparnas XIV Papua
Batik Rajasa Mas tak hanya dijual di pasar domestik, namun telah merambah pasar ekspor, seperti ke negara Eropa, yaitu Italia, Jerman, Prancis. Kemudian, Australia, Kanada termasuk Dubai.
Usaha batik Rajasa Mas yang kian berkembang pesat terus mendapat dukungan dari Pertamina. Bahkan, hubungan sebagai mitra binaan Pertamina kian mesra. Tonik mengaku mampu mengakses dana bergulir hingga Rp 200 juta untuk mendukung operasional usahanya.
Namun, usahanya sempat terdampak pada awal pandemi Covid-19. Terutama ketika pemerintah menerapkan kebijakan karantina wilayah (lock down).
Tiga bulan pertama tidak ada order sama sekali. Ia bahkan, harus menggadaikan sepeda motor untuk menjalankan usahanya.
Ia kemudian memproduksi masker kain karena kebutuhan masker saat itu banyak. Pesanan pembuatan masker mulai mengalir dengan jumlah banyak, mulai pesanan dari pemerintah provinsi hingga kementerian kesehatan.
"Kami mendapat pesanan dari kementerian kesehatan 250 ribu masker," kata Tonik.
Hal ini memberikan motivasi untuk menstabilkan usaha di masa pandemi Covid-19. Pemasaran batik semuanya dialihkan melalui pasar online. Pertamina juga memfasilitasi pemasaran online melalui Pasar Digital (PaDi).
Artikel Terkait
Ringankan Beban, Pemkab Purbalingga Bagikan Paket Sembako untuk 487 Pelaku UMKM Daya Tarik Wisata
Ini Cara Cek Penerima BLT UMKM di eform.bri.co.id dan BLT BPUM Banpres di BNI dan Pencairannya
Dinnakerkop UKM Banyumas Fasilitasi Ruang Promosi Produk UMKM
Luncurkan Logo Baru, UMKM Banyumas Loempia Bom Siap Go Nasional
Sentuhan Teknologi Informasi Memantik UMKM Bangkit di Masa Pandemi Covid-19