Membangkitkan Batik Maos Menembus Pasar Eropa

- Senin, 15 November 2021 | 14:01 WIB
MEMBATIK KAIN : Pekerja membatik kain di rumah industri Batik Rajasa Mas Maos, Jumat 12 November 2021 (SMBanyumas/Puji Purwanto)
MEMBATIK KAIN : Pekerja membatik kain di rumah industri Batik Rajasa Mas Maos, Jumat 12 November 2021 (SMBanyumas/Puji Purwanto)

Dari situ, ia juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten Cilacap. Para pejabat mulai memesan produk untuk seragam batik Aparat Sipil Negara (ASN).

Tonik mengaku kala itu hampir setiap bulan memanfaatkan pameran produk untuk mempromosikan batik Maos. Termasuk pengalaman saat dirinya mendapat dana bergulir dari Pertamina.

Sepeda motor yang ia miliki dijual untuk modal usaha, kemudian untuk mengakses dana bergulir dari Pertamina ia pinjam BPKB sepeda motor dari temannya. Ia dapat dana bergulir sebesar Rp 3 juta.

Tonik bersyukur menjadi mitra binaan Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) Pertamina. Pertamina juga menawarkan berbagai bantuan untuk mendukung pengembangan usaha batik Rajasa Mas.

Selain permodalan, ia mendapat bantuan promosi produk melalui pameran produk yang difasilitasi Pertamina dari 2009. Promosi dinilai penting karena menjadi ujung tombak dalam usaha pemasaran.

Dari pameran di berbagai kota di Indonesia, batik Rajasa Mas semakin dikenal bahkan ia mulai banyak menerima pesanan.

Pameran produk yang dikuti tidak hanya skala nasional, melainkan mengikuti berbagai ajang promosi skala internasional. Batik Rajasa Mas mulai mandiri. Pemasarannya pun tidak hanya konvensional, namun merambah pasar online pada 2016 yang didukung dari pemerintah pusat.

Baca Juga: Siswa SMA 1 Bukateja Raih 2 Emas dan 2 Perak di Peparnas XIV Papua

Batik Rajasa Mas tak hanya dijual di pasar domestik, namun telah merambah pasar ekspor, seperti ke negara Eropa, yaitu Italia, Jerman, Prancis. Kemudian, Australia, Kanada termasuk Dubai.

Usaha batik Rajasa Mas yang kian berkembang pesat terus mendapat dukungan dari Pertamina. Bahkan, hubungan sebagai mitra binaan Pertamina kian mesra. Tonik mengaku mampu mengakses dana bergulir hingga Rp 200 juta untuk mendukung operasional usahanya.

Namun, usahanya sempat terdampak pada awal pandemi Covid-19. Terutama ketika pemerintah menerapkan kebijakan karantina wilayah (lock down).

Tiga bulan pertama tidak ada order sama sekali. Ia bahkan, harus menggadaikan sepeda motor untuk menjalankan usahanya.

Ia kemudian memproduksi masker kain karena kebutuhan masker saat itu banyak. Pesanan pembuatan masker mulai mengalir dengan jumlah banyak, mulai pesanan dari pemerintah provinsi hingga kementerian kesehatan.

"Kami mendapat pesanan dari kementerian kesehatan 250 ribu masker," kata Tonik.

Hal ini memberikan motivasi untuk menstabilkan usaha di masa pandemi Covid-19. Pemasaran batik semuanya dialihkan melalui pasar online. Pertamina juga memfasilitasi pemasaran online melalui Pasar Digital (PaDi).

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Heboh SVB Kolaps, Ini Pandangan BRI!

Kamis, 16 Maret 2023 | 16:52 WIB
X