Purwokerto, suaramerdeka-banyumas.com - Meningkatnya harga minyak goreng seiring dengan tren kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia telah memicu laju Inflasi Kota Purwokerto dan Cilacap.
Selain itu, Inflasi juga didorong oleh peningkatan harga rokok kretek filter seiring dengan penyesuaian bertahap yang dilakukan oleh produsen terhadap kenaikan cukai.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi mengatakan, pada Agustus 2021, Purwokerto Inflasi sebesar 0,12% (mtm), lebih tinggi dibandingkan Inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,09% (mtm).
Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan Inflasi Provinsi Jawa Tengah (-0,01% mtm) dan Inflasi nasional (0,03%, mtm).
Baca Juga: Ini Beberapa Risiko yang Mempengaruhi Inflasi Purwokerto dan Cilacap 2021
Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil sebesar 0,06% (mtm) dan diikuti oleh kelompok transportasi.
Dilihat dari komoditasnya, yang menjadi penyumbang Inflasi terbesar pada periode ini adalah komoditas minyak goreng (0,13%), rokok kretek filter (0,07%), pemeliharaan/service (0,03%), buah naga (0,02%) dan pepaya (0,02%).
"Di sisi lain, tekanan Inflasi yang lebih tertinggi tertahan oleh deflasi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang memberikan andil sebesar -0,02% (mtm)," katanya.
Pada periode laporan, komoditas cabai rawit (-0,09%), cabai merah (-0,04%), daging ayam ras (-0,04%), kacang panjang (-0,02%) dan emas perhiasan (-0,02%) menjadi komoditas yang memberikan andil penurunan harga terbesar.
Secara tahunan, Purwokerto tercatat Inflasi sebesar 1,57% (yoy).
Angka tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata historis Inflasi bulan Agustus dalam dua tahun terakhir (2019 hingga 2020) sebesar 1,95% (yoy).
Baca Juga: Juli 2021, Purwokerto Inflasi 0,09%
Sementara itu, pada periode yang sama Cilacap juga tercatat Inflasi sebesar 0,06% (mtm), stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mencatatkan Inflasi sebesar 0,06%.
Inflasi utamanya bersumber dari peningkatan harga kelompok pendidikan yang memberikan andil sebesar 0,04% (mtm) dan kelompok komoditas pakaian dan alas kaki dengan andil 0,01% (mtm).