BANJARNEGARA, suaramerdeka-banyumas.com– Elpiji saat ini menjadi bahan bakar pokok bagi rumah tangga. Tak mengherankan, di saat-saat tertentu kelangkaan elpiji menjadikan warga kelimpungan.
Namun, hal itu tidak lagi dirasakan oleh warga di Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran,Kabupaten Banjarnegara. Desa yang dikenal dengan Kopi Senggani ini, memiliki potensi Biogenic Shallow Gas (BSG) atau gas rawa di bawah permukaan tanahnya.
Gas tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak sehari-hari.
Baca Juga: Sri Murniasih, Pekerja Migran Banyumas Kibarkan Merah Putih di Puncak Bukit Kowloon Hongkong
Saat ini, sudah ada 25 keluarga di desa tersebut yang memanfaatkan gas rawa. Namun, pemerintah desa terus berupaya menoptimalkan pemanfaatan gas alam tersebut untuk rumah tangga lainnya.
"Saat ini memang baru 25 KK, tapi nantinya target kami bisa 163 KK berarti masih kurang 138 KK lagi," kata Kepala Desa Pegundungan, Murti.
Pemanfaatan gas alam tersebut dilakukan dengan intalasi dari sparator BSG dari sumur-sumur gas rawa yang sudah ada. Gas tersebut selanjutnya dialirkan ke rumah-rumah menggunakan pipa.
Baca Juga: Ada Tes Antigen Gratis di Alun-alun Purwokerto, Begini Cara Mendaftarnya
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku senang dan bangga melihat Desa Pegundungan menunjukkan kemandirian energi dengan memanfaatkan gas rawa.
Pemanfaatan gas rawa ini bertujuan untuk membangun desa mandiri gas.
"Di dalam tanah yang kita injak ini ternyata ada energi yang bisa kita manfaatkan. Di sini spirit desa mandiri energi bisa diwujudkan," kata Ganjar saat meresmikan sparator BSG di Desa Pegundungan.
Baca Juga: Beredar Hoaks, Shinta Nuriyah Wahid Meninggal Dunia
Dia berharap, upaya tersebut juga akan menginspirasi desa lain untuk mandiri energi. Dia yakin, di setiap daerah pasti ada sumber daya yang bisa dimanfaatkan.
"Sumber daya terdekat pasti ada.Jika tidak ada gas rawa bisa menggunakan tenaga matahari atau bahkan angin sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan," ujarnya
