Hasil Iuran Wali Murid, Tanah dan Bangunan SMP Dipo 3 Kedungbanteng Bukan Milik NU

- Sabtu, 4 Februari 2023 | 07:49 WIB
BERI PENJELASAN: Pihak Yayasan Al Hidayah Purwokerto selaku pengelola SMP Diponegoro 3 Kedungbanteng memberikan penjelasan atas munculnya penolakan yang mengatasnamakan warga NU setempat, Jumat 3 Februari 2023.
BERI PENJELASAN: Pihak Yayasan Al Hidayah Purwokerto selaku pengelola SMP Diponegoro 3 Kedungbanteng memberikan penjelasan atas munculnya penolakan yang mengatasnamakan warga NU setempat, Jumat 3 Februari 2023.

PURWOKERTO, suaramerdeka-banyumas.com-Setelah menjadi polemik, phak sekolah dan Yayasan Al Hidayah Purwokerto, selaku pengelola SMP Diponegoro 3 Kedungbanteng memberi pernaytaan terbuka.

Mereka menyatakan, aset dan bangunan sekolah tersebut, sama sekilai tidak terkait dengan organisasi Nahdlatul Ulama (NU) mapun lembaga pendidkan dibawah naungan ormas tersebut.

"Ini bukan aset milik NU, ini murni milik Yayasan Al Hidayah dari uang sekolah hasil sumbangan wali murib. Kami tidak ada hubungan
organisatoris apapun dengan NU.

Baca Juga: Canangkan Gemapatas, Menteri ATR Tegaskan Siap Gebuk Mafia Tanah

Hanya semangat dan kulturnya sama,
alhlussunnah wal jamaah (aswaja). Secara yuridis dan legal formal tak
ada kaitannya sama sekali," kata Ketua Yayasan Al Hidayah Imam Parikesit
bersama pembina yayasan, Faidlurochman, Jumat 3 Februari 2023, menanggapi aksi pemasangan spanduk yang mengatasnamakan warga NU Kedungbanteng.

Dia menilai, munculnya spanduk dengan tulisan warga NU Kedungbanteng menolak
perubahan nama sekolah dan aset sekolah itu dianggap milik warga NU
setempat, karena mereka tidak paham sejarah berdirinya sekolah tersebut. Selain itu, ada yang sengaja berusaha menyesatkan informasi dan fakta yang sebenarnya.

Pihaknya sudah memberikan penjelasan kepada pengurus wilayah NU
setempat dan beberapa tokoh NU. Namun diakui, masih ada yang belum
bisa memahami karena tidak tahu asal muasal atau sejarahnya.

Baca Juga: Ini Empat Kasus yang Pernah Dilakukan Roni, Tersangka Pembunuhan Perempuan Pemandu Lagu di Purwokerto

Imam menegaskan, sejak berdiri tahun 1981 sampai sekarang, mereka yang
menolak sama sekali tidak perna membantu untuk pembangunan gedung
dan memikirkan perkembangan sekolah.

Selama 10 tahun ditunjuk sebagai ketua yayasan, ia sudah medonasikan
uang pribadinya lebih dari Rp 500 juta, untuk membiayai operasional dan
gaji guru-karyawan, supaya sekolah tersebut tetap berdiri.

"Karena ini amanat, dan orang tua saya juga pendiri yayasan, maka tahapan
yang kami siapkan tetap jalan. Kalau sampai April lolos penilaian, maka
nanti namanya berganti SMP Islam Al Azhar 60," katanya.

Baca Juga: Peringkat Keempat Penggunaan belajar.id, Dindik Banyumas Raih Sertifikat Daerah Fokus dari Kemendikbudristek

Kerjasama dengan Al Azhar Jakarta, lanjut dia, sifatnya franchise (waralaba),
dan aset tetap atasnama Yayasan Al Hidayah, Dalam kerjasama itu, katanya,
tidak ada jual-beli atau pengalihan aset dan pengelolaan.

Diungkapan, aset tanah SMP tersebut sebagian besar sudah bersertifikat
atasnama Yayasan Al Hidayah (3.200 m2), dan itu dibeli dari uang sekolah.
Saat ini tinggal satu bidang yang masih atasnama Faidlurochman, dan
sekarang dalam proses untuk dibalik nama ke yayasan.

Pihaknya juga menepis ada kekhawatiran jika sekoah tersebut dibawah
naungan Al Azhar, maka ajaran aswaja akan luntur. Untuk menjaga ini,
pihaknya memberi kesempatan kepada tokoh-tokoh masyarakat
Kedungbanteng bisa ikut mengawasi dan mengawal pelaksanaan pengajaran
aswaja. Nantinya akan dibentuk secara kelembagaan.

Halaman:

Editor: Susanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Intensitas Hujan Tinggi, Gumelar Waspada Longsor

Senin, 27 Maret 2023 | 21:30 WIB

Stok Darah PMI Banyumas di Bulan Puasa Aman

Sabtu, 25 Maret 2023 | 17:19 WIB

Diduga Sopir Mengantuk, Tronton Gandum Terguling

Jumat, 24 Maret 2023 | 17:18 WIB

Ada Bazar Ramadan, Pedagang Kuliner Tak Libur

Kamis, 23 Maret 2023 | 19:05 WIB
X