HARI Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober merujuk pada Resolusi Jihad yang diserukan KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.
Umat muslim diminta untuk berperang melawan tentara Sekutu yang berniat menguasai wilayah Republik Indonesia usai proklamasi kemerdekaan.
Di masa kemerdekaan, peran santri masih tetap dibutuhkan untuk membangun masyarakat dan negara. Tentu saja, jihad tidak harus dengan mengangkat senjata.
Seperti yang dilakukan oleh santri di Pondok Pesantren Al Fatah, Parakancanggah, Banjarnegara. Mereka bekerja sama dengan pengembang Elwasi, detektor longsor portabel karya putra Banjarnegara. Alat ini menjadi salah satu upaya untuk mengurangi risiko bencana akibat tanah longsor.
Salah satu santri, Singgih Hamdani Maruf menuturkan, pengembangan digitalisasi Elwasi merupakan bentuk sumbangsih santri untuk bangsa. Khususnya, bagi masyarakat Banjarnegara yang sebagian besar wilayahnya rawan longsor.
“Kami berkolaborasi dengan Elwasi, untuk mendigitalisasi data dari alat yang masih manual agar terhubung dengan IoT (Internet of Thing),” katanya, ditemui di ruang praktik SMK AL Fatah, Kompleks Ponpes Al Fatah, Jumat 21 Oktober 2022.
Dikatakan, SMK Al Fatah merupakan sekolah berbasis pesantren yang sangat konsen terhadap peningkatan teknologi.
Dengan kolaborasi tersebut, diharapkan produk detektor longsor bisa semakin canggih dan memberikan manfaat lebih besar.
“Sistem kerjanya, kami menambahkan alat sensor ultrasonik di Elwasi. Sehingga, pergerakan sling pada Elwasi yang tertarik oleh rekahan tanah bisa terbaca di IoT. Data ini kemudian dikirimkan ke website dan android,” jelas Singgih.
Menurutnya, data yang dikirimkan tersebut akan menunjukkan grafik akibat rentangan kawat sling. Untuk tahap ini, data yang dikirimkan IoT sudah bisa terbaca. Dan tahap selanjutnya akan dikembangkan sampai dapat memberikan notifikasi atau pemberitahuan kepada masyarakat.
“Target kami, nantinya Elwasi bisa mengirimkan broadcast jika terjadi bencana ke ponsel warga,” paparnya.
Salah satu inventor Elwasi, Andri Sulistyo mengatakan, prinsip kerja Elwasi yakni mendeteksi gerakan tanah dengan memasang sling dari detektor ke titik yang dinilai berisiko longsor. Jika terjadi gerakan tanah, sling akan tertarik dan memicu bunyi alarm dan menyalakan lampu rotator.
“Ini luar biasa, santri di Ponpes Al Fatah ini ternyata mampu mengembangkan alat kami menjadi digital,” ujarnya.
Dengan digitalisasi Elwasi itu, maka nantinya kejadian longsor bisa diketahui secara langsung oleh masyarakat, terutama yang berada di daerah longsor. Dengan digitalisasi ini, nantinya notifikasi juga dapat dikirimkan ke website dan telepon selular.
“Nantinya akan kami kembangkan agar bisa mengirimkan broadcast notifikasi longsor ke nomor-nomor yang sudah didaftarkan,” papar Andri.
Ditambahkan, Elwasi yang merupakan akronim dari Eling, Waspada dan Siaga merupakan bagian dari <I>early warning system<P> (EWS).
Sebagai alat, keberadaan Elwasi diharapkan akan memudahkan masyarakat dalam upaya mitigasi bencana. Selain di Banjarnegara, Elwasi juga sudah terpasang di sejumlah daerah, antara lain Malang di Jawa Timur, Wonosobo, Kebumen, dan Boyolali di Jawa Tengah, serta Sumedang dan Sukabumi di Jawa Barat.***
Artikel Terkait
Bersama Santri, Partai Gelora Tanam 10 Juta Pohon
200 Santri Penghafal Alquran Ikuti Wisuda Akbar
Santri Zam Zam Diharapkan Jadi Pemimpin Perubahan Masa Depan
Ini Pesan Mbah Maimoen sebelum Beliau Wafat kepada Para Santri
Kemenag Luncurkan Tema dan Logo Peringatan Hari Santri 2022
Ini Penjelasan Menteri Agama Soal Makna Tema Hari Santri 2022 'Berdaya Menjaga Martabat Manusia'
Ini Dia Cara Membuat Twibbon Selamat Hari Santri dan 11 Link Twibbon Menyambut Hari Santri 2022
Ada Konser Musik Religi Veve Zulfikar dan Jalan Sehat, Ini Rangkaian Peringatan Hari Santri di Purbalingga
Upacara Hari Santri, Kemenag Keluarga Edaran dan Ini Link Sambutan Menag Hari Santri 22 Oktober 2022
Sambutan Menteri Agama: Hari Santri adalah Milik Semua Komponen Bangsa