Curah Hujan Tinggi, Ahli Geologi Peringatkan Potensi Longsor di Banjarnegara dan Purbalingga

- Jumat, 12 November 2021 | 15:12 WIB
Lokasi jalan menuju Dusun Sidakarya Punggelan Banjarnegara menuju lokasi rumah teetimoa longsor dan balita meninggal dunia Kamis 21 Oktober 2021 (SM Banyumas/dok)
Lokasi jalan menuju Dusun Sidakarya Punggelan Banjarnegara menuju lokasi rumah teetimoa longsor dan balita meninggal dunia Kamis 21 Oktober 2021 (SM Banyumas/dok)

BANJARNEGARA, suaramerdeka-banyumas.com - Dua ahli geologi dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Prof Sari Bahagiarti Kusumayudha dan Andi Sungkowo, memperingatkan bahaya potensi longsor akibat curah hujan tinggi di wilayah Banjarnegara dan Purbalingga.

Andi Sungkowo mengatakan, tingginya curah hujan di Banjarnegara ditambah kemiringan tanah menjadikan potensi tanah bergerak sangat tinggi.

Kasus tanah longsor di Sijeruk tahun 2006 misalnya, hujan yang sangat tinggi sementara pepohonan tidak cukup mengikat erat tanah.

Ditambah lagi, warga yang beberapa hari sebelum longsor memotong lereng untuk membuat jalan menjadikan longsoran bisa sangat hebat terjadi.

Baca Juga: Penanangan Jalan Longsor Ajibarang-Wangon Ditarget Tiga Minggu

"Karenanya, saya harap hati-hati ketika memotong lereng. Lihat kondisi di atasnya seperti apa, karena bisa memicu longsor," katanya, pada Sosialisasi Antisipasi Bencana Gerakan Tanah yang digelar Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, di Aula SMAN 1 Wanadadi, Rabu, 10 November 2021.

Sementara Prof Sari mengungkapkan, ketika pencegahan bisa dilakukan, maka akan sangat efektif mengurangi risiko bencana.

Salah satunya dengan menanam tanaman yang tepat sehingga akarnya dapat mengikat tanah dengan kuat.

"Pastikan tanaman yang dipakai untuk pengikat tanah tepat, dengan akar tunggang yang mampu mengikat tanah," jelasnya.

Baca Juga: Jalan Nasional Ajibarang Wangon Longsor, Lalu Lintas DIberlakukan Sistem Buka Tutup

Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah Sujarwo Dwi Atmoko mengungkapkan, warga dan pihak terkait harus tanggap dalam situasi curah hujan seperti ini.

Jika mampu menganalisa gejala-gejala alam, maka penyikapan bisa dilakukan dengan tepat.

"Longsor biasanya diawali dari rekahan berbentuk tapal kuda di atas bukit. Jika ada rekahan, maka segera pantau dan awasi, tiap menit, tiap jam agar tidak kecolongan," ujarnya.

Menurutnya, apabila pergerakan tanah berlangsung cepat, warga yang berada di bawah bukit harus diungsikan secepat mungkin.

Halaman:

Editor: Nugroho Pandhu Sukmono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pasar Perja Klampok Banjarnegara Kebakaran

Minggu, 4 Juni 2023 | 00:22 WIB
X