Ada La Nina di Tengah Musim Hujan, BMKG Imbau Waspada Dampak Bencana

- Minggu, 31 Oktober 2021 | 16:20 WIB
 TEROBOS BANJIR: Pengendara menerobos genangan banjir di ruas Jalan Wangon-Cilacap, Desa Cilibang, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Rabu (21/7/2021)).  (Gayhul Dhika Wicaksana)
TEROBOS BANJIR: Pengendara menerobos genangan banjir di ruas Jalan Wangon-Cilacap, Desa Cilibang, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Rabu (21/7/2021)). (Gayhul Dhika Wicaksana)

CILACAP, suaramerdeka-banyumas.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana, akibat adanya fenomena alam La Nina yang terjadi di tengah musim hujan.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, hujan sudah sering mengguyur wilayah Kabupaten Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, dan sekitarnya. Hujan yang turun sudah mulai lebat.

Bahkan di wilayah Cilacap, lanjut dia pada tanggal 27 Oktober 2021 telah terjadi banjir yaitu di wilayah Wanareja dan Majenang.

"Kejadian itu salah satu pemicunya adalah hujan lebat," ujarnya.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini, 22 Oktober 2021, Purwokerto dan Sekitarnya Hujan Sedang hingga Malam Nanti

Menurut catatan di pos hujan yang ada di Wanareja, hujan tercatat 82 milimeter atau kategori hujan lebat.

Sedangkan di Majenang tercatat 77 milimeter atau kategori hujan lebat dan di Dayeuhluhur 52 milimeter, juga kategori hujan lebat.

"Kewaspadaan musim hujan tahun 2021 ini memang harus dimaksimalkan, karena dibarengi dengan berlangsungnya La Nina yang diprediksikan bisa meningkatkan atau menambah jumlah curah hujan antara 40 -70 persen. Wilayah Jawa secara umum dan khususnya Barlingmascakeb tak luput dari pengaruh La Nina tersebut," urainya.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa fenomena La Nina merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan - atmosfer.

Baca Juga: Cuaca Hari Ini, Purwokerto dan Sekitarnya Berawan dan Hujan Ringan hingga Malam Nanti

Fenomena ini ditandai dengan medinginnya suhu permukaan laut (SST) di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya).

La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat bila diikuti dengan menghangatnya suhu permukaan laut wilayah Indonesia.

Menurutnya, anomali dianggap dalam kondisi normal ketika nilainya lebih kurang 0,5.

"Menurut pantauan bahwa pada Dasarian I Oktober 2021 anomali tercatat - 0.92 atau telah melewati ambang batas La Nina," kata dia.

Halaman:

Editor: Nugroho Pandhu Sukmono

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X